ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
13 Oktober 2010, 17:10

Kaki Seribu Hadapi ACFTA

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Gaung musik gendang, Tari Jajar Gandrung Banyuwangi, dan Tari Soyong membuka seminar yang bertempat di Gedung Pascasarjana ini. SNTF 2010 diadakan untuk memperingati Dies Natalis ITS ke-50 bersamaan dengan Dies Natalis jurusan Teknik Fisika ke-45.

 Seminar yang dilaksanakan Rabu (13/10), membahas mengenai peran sains dan teknologi dalam mengahadapi Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) 2010. "SNTF merupakan perwujudan dari ajang komunitas para peneliti dan akademisi dalam bidang keilmuan Teknik Fisika," jelas ketua panitia, Dr Ir Aulia Siti Aisjah MT.

Jurusan Teknik Fisika merupakan jurusan dengan disiplin ilmu yang meluas. Tak heran, bila pada seminar kali ini mengangkat berbagai topik yang berhubungan dengan bidang ilmu rekayasa instrumentasi, fotonika, akustik, bahan dan fisika bangunan bahkan sampai arsitektur. "Tema yang diangkat sangat sesuai untuk kondisi Indonesia dalam menghadapi pasar global dan perkembangan teknologi berbagai bidang," papar Priyo.

"Perdagangan bebas antara Indonesia dan China bisa dipandang sebagai ancaman apabila kita tidak siap. SNTF merupakan inisiasi untuk merespon ACFTA," jelas Dekan Fakultas Teknologi Industri, Prof Dr Ir Sulistijono DEA.

Materi seminar dimulai dari peranan Teknik Fisika dalam industri Migas. "Lulusan Teknik Fisika memiliki peluang yang sama dengan jurusan lain di Pertamina bisa masuk ke instrument engineering samapai project management," ungkap vice president engineering centre PT Pertamina, Ir M Khamim MM saat memulai diskusi.

Setelah bidang Migas, topik beralih ke bidang industri telekomunikasi. Vice president product PT Telkom, Ir Arief Mustain mengemukakan mengenai berkembang pesatnya sistem jaringan telekomunikasi yang akan menjamah TV dan mesin. "Sedangkan peran Teknik fisika sendiri selain sebagai engineer, juga berada pada posisi customer care," tutur Arief.

Para pembicara juga menyinggung tema energi terbarukan, peran laboratorium dalam ACFTA, dan perminyakan. "Saat ini semua industri membeli segala sesuatu dari luar negeri, jarang yang membeli buatan dari perguruan tinggi dalam negeri," ungkap Dr Dhanny Arifiyanto.

 Dhanny mencontohkan pengembangan produk yang berasal dari laboratorium yaitu sensor getar tanpa sentuh untuk meneliti kerusakan di sistem industri dan pendeteksi penyakit melalui suara. Produk yang berasal dari penelitian di laboratorium perguruan tinggi ini diharapkan dapat menunjang kemajuan bangsa dalam memghadapi ACFTA.

Tak kurang dari 53 makalah dipresentasikan di SNTF. Makalah tersebut berasal dari badan pemerintah seperti Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi Badan Diklat Energi Sumber daya, perguruan tinggi dan industri.

"Teknik Fisika bisa terus berkembang secara maksimal dalam pengetahuan dan teknologi untuk kemajuan bangsa Indonesia lewat peran sivitas dan lulusannya," harap Ketua Jurusan Teknik Fisika, Dr Bambang Lelono ST MT. (el/bah)

Berita Terkait