Dalam dunia seni tradisional Jawa, gamelan adalah salah satu jenis kebudayaan yang jarang diangkat sebagai topik penelitian bahkan oleh peneliti Indonensia sendiri. Gamelan tidak memiliki standarisasi nada sehingga sangat besar kemungkinan adanya perbedaan bunyi antara gamelan satu dengan lainnya.
Hal ini berbeda dengan alat musik barat yang sudah teratur dan lebih mudah berkembang. “Minimnya minat peneliti Indonesia juga disebabkan karena analisa suara gamelan sangat kompleks dan lebih rumit dari alat musik barat,†ungkap Yoyon.
Kenyataannya, gamelan memiliki banyak ragam. Sebut saja gamelan Jawa dan gamelan Bali yang sangat berbeda karakter dan suara musiknya. Setiap gamelan juga mempunyai jenis alat musik yang beragam, misalnya saja gong, kempul, balungan, kenong, kendang, bonang.
Selama ini juga terdapat perbedaan notasi suara gamelan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya saja karena perbedaan cara pembuatannya. Faktor lainnya adalah karena pengetesan kualitas notasi suara gamelan menggunakan pendengaran telinga si pembuat sendiri. Sehingga tidak ada standar baku dalam setiap nada.
Dari sini, Yoyok mendapat ide untuk membuat disertasi berjudul Ekstraksi Suara Saron Berbasis Spectral Density Menggunakan Filter Multidimensi. Tujuan akhir penelitian yang ingin dicapainya agar suara notasi gamelan dapat dibakukan dengan standar tertentu.
Dosen Teknik Elektro ini memilih sampel nada balungan untuk objek penelitiannya. Dimana setiap bilah penghasil suara dari balungan disebut sebagai saron. “Terdapat banyak model saron, ada yang bilah 7, bilah 9 dan lainnya,†imbuh pria kelahiran Surakarta ini.
Dalam disertasi setebal 60 halaman tersebut, Yoyon melakukan ekstraksi suara saron dari lantunan suara gamelan. Diakuinya, proses ini cukup sulit karena ada suara lain yang memiliki frekuensi sama yaitu bonang. Selain suara bonang, juga ada suara harmonik dari demung yang masuk di daerah suara saron. “Sehingga saya tidak bisa menggunakan metode fixed filter kasier untuk melakukan ekstraksi,†ujarnya.
Setelah ditelaah lebih lanjut, dipilihlah metode short time forier transform untuk menganalisa sinyal dalam periode waktu yang pendek. Sedangkan untuk model ekstraksi metode yang digunakan adalah cross corelation. “Metode ini menurunkan error pada hasil suara akustik yang nyata,†kata dosen lulusan University of Missouri, Columbia, USA ini.
Diakui para penguji, disertasi yang diangkat Yoyon merupakan penelitian langka di ITS bahkan di Indonesia. Penelitian ini juga bisa dikatakan sebagai langkah awal para peneliti Indonesia untuk mengembangkan alat musik daerah agar menjadi lebih baik. Hasil disertasi ini sangat memungkinkan untuk dijadikan tonggak awal dalam standarisasi notasi nada musik seluruh alat musik tradisional Indonesia. (hoe/az)
Kampus ITS, ITS News – Retinopati Diabetik merupakan komplikasi diabetes yang berisiko tinggi menyebabkan kebutaan permanen jika terlambat ditangani
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendukung penguatan kolaborasi akademik nasional melalui terpilihnya Prof Dr
Mojokerto, ITS News – Sebagai wujud dukungan terhadap program One Pesantren One Product (OPOP) Jawa Timur, tim Pengabdian kepada Masyarakat
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah resmi meluncurkan Golden Ticket Admisi Program Sarjana 2026. Diresmikan