ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
22 September 2010, 20:09

Dies Emas Diguyur Hujan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hujan turun deras, lalu berhenti lagi, berkali-kali. Banyak orang yang kecele, mengira hujan sudah selesai. Rombongan dosen dan karyawan yang sudah siap dalam seragam trainer warna-warni khusus Dies Natalis kali ini berlarian dari Taman Alumni menuju gedung Rektorat. “Kami sudah senam sampai kebes (basah sekali, red) ini,” teriak mereka. Benar saja, banyak orang yang kebasahan.

Sekitar pukul 06.30, langit mulai menyisihkan sedikit awannya. Hujan masih turun rintik-rintik, namun banyak dari orang-orang yang berteduh di Rektorat mulai beranjak ke Taman Alumni.

Namun sayang, rombongan mobil yang membawa Wakil Gubernur Jawa Timur, Gus Ipul, lewat begitu saja, terus menuju stadion ITS. Hampir tak ada yang mengikuti. Gus Ipul pun hanya singgah sebentar saja, menyatakan maafnya karena tidak dapat mengikuti acara hingga selesai.

Setengah jam kemudian, barisan-barisan rapi sudah terbentuk di Taman Alumni. Senam pagi urung diadakan, acara langsung dilanjutkan dengan prosesi devile per unit dan fakultas. Sempat terjadi kericuhan penempatan barisan. 

Para mahasiswa baru (Maba) yang sejak malam sebelumnya sudah di-warm up mulai meneriakkan yel-yel. Drum ditabuh, terompet ditiup. Arak-arakan itu dimulai dengan Marching Band Semen Gresik dengan gagah. Selang beberapa unit dan fakultas, Sageha Baleganjur, perkumpulan mahasiswa Bali se-ITS, menyela dengan anggun. Mereka mengarak rombongan mereka diiringi musik degung.

Bagi para Maba, acara tersebut menjadi ajang tersendiri untuk menunjukkan kecintaan pada fakultas asal mereka. “Kami sudah selesai mengikuti pengaderan,” kata beberapa Maba PPNS. Rombongan berbaju biru dan oranye itu hampir tidak bisa dibedakan, hanya kerumunan kepala-kepala plontos dan wajah-wajah hitam yang berteriak-teriak, berloncatan dan berlarian. Di depan mereka, dua mahasiswa dengan kostum Hanoman, memimpin. Ternyata mereka mahasiswa PPNS angkatan 2007.

Rombongan segera mencapai Stadion ITS. Satu per satu, mereka menyusuri jogging track sembari dipanggil namanya, memberikan sambutan sekejap, sebelum berbaris dengan rapi di lapangan tengah stadion. Priyo Aljabar alias Cak Priyo, pelawak asli Surabaya, memberikan sambutan dalam Suroboyoan. “Wah, iki disik angkatanku,” ujarnya riang ketika arak-arakan D3MITS melewati panggung depan stadion.

Upacara bendera secara resmi membuka seluruh rangkaian acara Dies Natalis 50 tahun ITS. Disusul oleh rangkaian tarian remo, jathilan, reog Ponorogo dan atraksi Marching Band Semen Gresik.

Semuanya berlangsung meriah. Namun tak semua menikmatinya. Yella Luxcanta, mahasiswa Teknik Sipil 2009 menyesalkan jalannya acara itu. Menurut dia, Dies Natalis kali ini tak sebagus tahunnya dulu. Mahasiswa tidak sampai berlomba yel-yel dan beratraksi di lapangan.

Juga Cak Priyo yang tetap dengan bahasa Jawa khas Suroboyoan. Menurutnya, sebagai salah satu acara besar bagi Maba, terutama yang dari luar Jawa Timur, hal tersebut kurang mengesankan. “Suroboyoan kan sedikit kasar,” akunya, meskipun ia sendiri orang Surabaya.

Sementara barisan mahasiswa bersiap-siap untuk berbalik, dua orang lelaki dan perempuan malah menyelinap masuk ke lapangan. Sang lelaki membawa sebuah sepeda onthel reot. Mereka berdua tampak berusaha meletakkan dua karung besar ke atas sadel sepeda. “Kalau acara besar seperti ini, kami dapat banyak,” komentar perempuan itu.

Perempuan itu bernama Sugiyanti. Bersama dengan suaminya, mereka hanyalah beberapa orang dari sekian banyak pemulung yang berdatangan menjelang usainya acara. Mereka bergegas-gegas mengambil botol dan gelas plastik, serta kotak kue yang berserakan, sama seperti para mahasiswa yang bergegas kembali ke jurusan mereka. Bagus juga, karena tak beberapa lama kemudian, hujan deras turun kembali.(lis/bah)

Berita Terkait