Kesempatan takkan datang dua kali, pepatah itulah yang bergema di diri Endy sebelum memutuskan untuk berangkat ke negeri Beruang Merah tersebut. Meski berawal dari keisengannya searching di dunia maya dan menemukan ajang IYFS 2010 ini, Endy tetap saja tak setengah-setengah dalam memfokuskan dirinya mengikuti serangkain persyaratan yang harus dilakukan.
Mulai dari menulis esai dalam bahasa Inggris hingga tes wawancara secara online dari pihak penyelenggara. Beruntung, Endy termasuk dalan jajaran enam pemuda Indonesia yang berhasil lolos mengikuti program pelatihan internasional ini. “Pokoknya bonek (bondo nekad, red) sajalah,†ungkap Endy sambil tersenyum.
Meski dinyatakan lolos, tetap saja ada kendala yang mengganjal. Dana akomodasi yang disediakan hanya berlaku ketika sudah sampai di negara penyelenggara. Mahasiswa asal Bangil ini pun tak lantas kehabisan akal. Endy mengajukan proposal agar bisa didanai Dikti. Lagi-lagi Endy beruntung hingga bisa bergabung dengan ribuan pemuda dari seluruh dunia pada 1-8 Juli lalu.
IYFS 2010 merupakan program gelaran pemerintah Rusia yang dikhususkan untuk mahasiwa, politisi muda, entrepreuneur muda, serta profesional muda dari seluruh dunia. Program ini baru kali pertama digelar secara internasional, setelah sebelumnya hanya dikhususkan untuk pemuda-pemuda Rusia.
“Program pelatihannya dikemas dalam bentuk perkuliahan dan camp,†terang Ketua Himpunan Mahasiswa (Kahima) Teknik Sipil ITS ini. Berbagai kegiatan dilakoni Endy meskipun padat. Pagi hingga sore hari, ia habiskan untuk mengikuti perkuliahan. Malam harinya, peserta dibebaskan mengikuti kegiatan outbound seperti wall climbing, flying fox atau archery. Selain itu, pada malam hari hingga tengah malam, secara bergilir setiap negara menampilkan kebudayannya masing-masing.
Bersama kelima rekan setanah air, Endy mencoba menampilkan tari Jaipong khas Indonesia yang dipadukan dengan kostum batik. “Sempat susah sih, tapi ya berusaha maksimal, toh mereka juga nggak paham Jaipong yang benar bagaimana,†ujarnya renyah diselingi tawa.
Selama delapan hari penuh di sana, peserta dibebaskan memilih satu dari enam disiplin ilmu untuk dijadikan fokus pembelajaran. Di antaranya Russia and World Politics, Bussiness and Innovation, Mass Media, Civil Society, Sustainable Development and Environment, dan Art and Design. Endy memilih Civil Society untuk lebih ia perdalam.
Ketertarikannya terhadap dunia sosial ternyata sudah dimulai sejak Endy menyandang status sebagai mahasiswa baru. Dulu saat ia masih dikader, ia benar-benar diajak turun langsung melihat masyarakat sekitar ITS, seperti di Keputih. Dari sanalah Endy mulai memiliki rasa empati terhadap perkembangan masyarakat bawah yang juga perlu diberi perhatian. “Dunia perlu perubahan dan perbaikan,†tambah Endy menyebut masalah rakyat Afrika dan Palestina yang masih luput dari perhatian dunia itu sendiri.
Selain itu, Endy juga punya pemikiran untuk memajukan masyarakat pedesaan Indonesia. “Semua kebudayaan yang ada di Indonesia berasal dari adat istiadat masyarakat desa,†ungkap Endy. Dari desa bisa membentuk kebudayaan suatu negara, yang lambat laun bisa juga menjadi kebudayaan yang dikenal sampai ke penjuru dunia. Oleh karena itu, sebuah mimpi bijak tercetus dalam pikiran Endy, yakni visi Dari Desa untuk Dunia.
Sempat bersitegang dengan panitia saat berada di negeri pecahan Uni Soviet tersebut, serta berkumpul dengan ribuan orang yang juga asing tenyata tidak begitu saja menghilangkan jati diri mahasiswa angkatan 2007 ini.
Sejak menginjakkan kaki di bumi perkemahan Danau Sileger Rusia, bahasa pengantar dan segala atribut komunikasi verbal maupun nonverbal yang digunakan adalah bahasa Rusia. Walau tidak dapat dipungkiri dimungkinkan sebagai promosi budaya negara penyelenggara, Endy menganggap sikap tersebut tidak relevan mengingat peserta yang ada dalam IYFS adalah mahasiswa majemuk yang kebanyakan tidak paham dengan bahasa Rusia yang digunakan.
Endy lantas mengajukan protes dan mengirimkan petisi kepada panitia penyelenggara sehingga bahasa yang digunakan berganti menjadi bahasa Inggris. “Jika melihat ketidakbenaran, jangan takut untuk melawan,†pungkasnya penuh keyakinan. (fz/nrf)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung