Agro Green terdiri dari Januar Indra Yudhatama, Angga Premana, Raindly Putri K D, Syahrir Syarifuddin, Widowati Sulistyowati, Tatin Suherlina, M Burhan Rosyidi, Zainal Arifin dan Israizal Faris. Mereka berasal dari berbagai angkatan 2005, 2006 dan 2007.
Saat memulai masa kuliah, sebenarnya tidak banyak dari anggota Agro Green yang memiliki angan-angan berwirausaha. Namun mereka asyik mengembangkan karya ilmiah dan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM).
Beberapa dari mereka tergabung dalam Biotechnopreneur Group, sebuah perkumpulan mahasiswa Biologi yang fokus pada keilmiahan. “Jauh sebelum ITS menerapkan mata kuliah Technopreneurship, jurusan Biologi sudah memulainya lebih dahulu,†ujar Angga. Namun tahun 2008, grup tersebut bubar karena tidak ada regenerasi anggota.
Angga dan beberapa teman Biotechnopreneur Group lainnya resah melihat keadaan tersebut. Mereka tetap mengembangkan kemampuan mereka di bidang keilmiahan. Banyak dari mereka yang telah menciptakan produk sendiri.
Semakin lama, mereka semakin merasa perlunya sebuah wadah bagi mahasiswa yang fokus dalam dunia keilmiahan. Mereka berkumpul bulan Mei lalu untuk membahas masalah tersebut. Akhirnya, terbentuklah perusahaan Agro Green. “Jadi sebenarnya tujuan awal kami adalah untuk menampung produk hasil karya mahasiswa Biologi,†tutur Yudha.
Permintaan Melimpah, Sempat Kekurangan Bahan Baku
Yudha selaku Presiden Direktur Agro Green, segera mengembangkan produk-produk mereka. Dananya mereka dapatkan dari mengikuti program mahasiswa wirausaha tahun lalu, sebesar Rp 28 juta. Jumlah tersebut digunakan untuk membeli berbagai peralatan produksi, pemasaran, mengontrak rumah sebagai pusat produksi, juga riset lanjutan untuk mengembangkan produk mereka.
Agro Green mempunyai dua produk andalan. Yang pertama adalah Potea, minuman herbal sari rempah (wedang pokak khas Gresik dikemas secara instan). Approve (sirup mangrove apple), produk ini pernah mewakili ITS di PIMNAS tahun 2008 lalu.
Keduanya sudah mulai eksis di berbagai pameran, mulai dari PIMITS hingga Expo Perbankan dan UMKM di Tunjungan Plaza bulan Juni lalu. Dari pameran-pameran tersebut mereka mendapatkan banyak mitra kerja. Agro Green juga mendapat banyak bantuan dari pihak LPPM-ITS.
Kini, Potea bisa didapatkan di kantin Biologi dan beberapa warung kopi di Keputih dan Gebang, di showroom Disperindag, Kedungdoro dan Javanaise Café di Klampis. Selain di wilayah Surabaya, Potea juga mereka pasarkan di sebuah warung makan khas Jawa di Brebes, Bakul Resto di Bogor, rumah makan Wong Solo di Medan, dua kardus telah terbang ke Jepang dan bulan ini mereka akan mulai mengirim ke Lombok dan Malaysia. Mereka juga sedang mengadakan negosiasi dengan pihak Carrefour untuk memasarkan Potea di supermarket itu.
Pemasaran ke Malaysia itu dibantu oleh salah seorang kerabat mereka yang berdomisili di negara tersebut. Ketika terakhir kali ia berkunjung ke Indonesia, ia membawa kembali sekotak Potea. “Ternyata, teman-temannya di Malaysia sangat menyukainya,†cerita Angga. Agro Green mendapatkan pesanan sekitar satu kardus. Setiap harinya, mereka memproduksi sekitar 60 kotak (300 sachet) Potea.
Sementara itu, produk Approve mereka sedang terhambat karena kurangnya ketersediaan bahan baku. Lahan sumber buah mangrove Sonneratia spp. mereka di Gununganyar masih belum berbuah cukup banyak untuk diproduksi. Padahal, permintaan untuk Approve sangat banyak. Meski bulan ini mereka prediksikan untuk bisa memproduksi Approve lagi, mereka masih terus mencari-cari lahan mangrove baru sebagai sumber bahan baku.
Target utama Agro Green memang untuk mengekspor produk-produknya. Ada sedikit filosofi di balik tujuan mereka ini. Sejarah mencatat ratusan tahun penjajahan di Indonesia oleh berbagai negara dilatarbelakangi kebutuhan untuk rempah-rempah. Saat ini, banyak produk rempah-rempah beredar di pasaran dunia. Mirisnya, jarang dari produk tersebut yang berasal dari Indonesia. “Kami ingin ganti ‘menjajah dunia’ melalui produk-produk kami,†ungkap Yudha.
Namun saat ini, mereka tak buru-buru mengekspor. Pertama-tama, mereka ingin mengenalkan produk mereka kepada seluruh pihak ITS. Untuk itu, tiga minggu lalu mereka telah menemui Pembantu Rektor (PR) IV, Prof Ir Eko Budi Djatmiko MSc PhD. Mereka meminta bantuan ITS untuk mempromosikan produk mereka, seperti menggunakan Potea sebagai bagian dari konsumsi untuk acara-acara resmi, dan juga menempatkannya di ruang-ruang dosen setiap jurusan.
“Masa orang-orang ITS minum Nescafe,†seloroh Syahrir yang bergerak di bidang marketing. “Padahal manfaat yang didapatkan dari Potea lebih banyak, tidak hanya sekadar penghangat badan,†lanjutnya. Memang, racikan jahe, cengkeh dan beberapa rempah lainnya ini selain bebas pengawet juga bisa memulihkan stamina.
Hingga saat ini, belum ada jawaban dari pihak ITS. Seluruh anggota Agro Green berharap bahwa ITS dapat membantu mereka dan juga mahasiswa wirausahawan lainnya dalam promosi produk. Seperti dengan membangun sebuah pusat pameran wirausaha mahasiswa setara dengan Botany Square milik IPB.
Diundang Ikuti Pelatihan Kewirausahaan
Pekan lalu, Syahrir berkesemapatan untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Mien R Uno Foundation dan Karya Salemba Empat (KSE). “Kebetulan, Karya Salemba Empat memiliki program kewirausahaan bagi para mahasiswa penerima beasiswa, dan salah satu penerima beasiswa tersebut adalah Burhan salah satu anggota Agro Green,†Syahrir bercerita.
Syahrir mengaku mendapatkan banyak manfaat dari pelatihan tersebut. Acara yang diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan juga di Mangga Dua, Jakarta tersebut menghadirkan banyak pembicara inspiratif dan mengagumkan.
Ia juga mendapatkan tambahan teman. Di penginapan menjelang pelatihan, ia berbagi kamar dengan seorang mahasiswa dari Universitas Andalas, Sumatera Barat. “Kami saling bertukar produk untuk didistribusikan di tempat kami masing-masing,†tuturnya senang.
Bulan Juli lalu omset mereka naik tiga kali lipat dari bulan sebelumnya menjadi tiga juta rupiah. Namun mereka optimis bahwa mereka bisa menaikkan omset mereka pada bulan Agustus ini, dengan memanfaatkan momen bulan Ramadhan dan semakin meluasnya pasaran mereka. “Saya yakin, kami bisa mencapai hingga Rp 10 juta,†Syahrir berkata dengan mantap.
Rencananya, tahun depan Agro Green akan mengembangkan dua produk baru. Namun, mereka tidak akan berhenti mengembangkan Potea dan Approve. Selain itu, di bawah pimpinan Yudha, Agro Green akan terus berupaya mengadakan regenerasi dalam bisnis mereka agar tidak mati seperti Biotechnopreneur Group.
Menurut mereka, semua orang bisa menjadi wirausahawan. “Yang terpenting adalah tidak pernah takut untuk memulai sesuatu yang baru, dan juga tidak takut untuk merubahnya nanti,†ujar Angga mengakhiri. (lis/yud)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,