ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
04 Agustus 2010, 14:08

Mahmud Mustain: Sinergikan Sains dan Iman

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dengan senyum mengembang, dosen Jurusan Teknik Kelautan ini menyambut ITS Online. Pria kelahiran 5 Agutus 1961 ini ternyata tidak hanya bercita-cita besar untuk ITS saja. Namun ia juga bercita-cita besar untuk masyarakat sekeliling ITS, daerah lokal, nasional dan bahkan Global. Dan semua itu, dimulai dari ITS.

Menjadikan ITS sebagai perguruan tinggi yang bermanfaat secara global, nasional, dan lokal adalah visi bacarek nomer urut 5  ini. Mustain menjelaskan, ia ingin bermanfaat bagi dunia luar dengan cara memilah fokusan menjadi tiga wilayah tersebut. “Dan aktivitasnya nanti di pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Sesuai tri dharma perguruan tinggi,” ungkapnya.

Untuk mewujudkan cita-cita besarnya tersebut, Mustain menyiapkan tiga strategi khusus untuk setiap poinnya. Strategi pertama adalah peradaban post modern dengan arah kebijakan penelitian untuk kepentingan global. Dimana nantinya akan lebih terfokus pada penelitian dasar berupa sinergi ilmu berbasis logika dan iman.

Pria kelahiran Lamongan ini menjelaskan, basis peradaban modern saat ini adalah scientist. Sedangkan standar ukuran scientist sendiri hanya logika. “Kalau gak logis ya gak diterima,” jelasnya. Padahal, diketahui bahwa aspek manusia tidak hanya fisik atau logika saja, melainkan terdapat aspek rohani dan jasmani. “Semua agama meyakini itu,” tambahnya.

Oleh karena itu, peraih Master dari Newcastle Upon-Tyne University Inggris ini menekankan, ITS sebagai kampus yang berbasis sains yang mengedepankan logika tidak boleh meninggalkan aspek keimanan. “Semua harus sinergi, antara sains dan keimanan,“ imbuh pria yang kelihatan selalu bahagia ini. Mustain melanjutkan, masalah keimanan dan banyak masalah tidak bisa diselesaikan dengan logika sehebat apapun. Oleh karena itu, sinergi harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan memperbaiki peradaban ini.

Dan untuk merealisasikan strategi tersebut, perlu dirintis lembaga penelitian yang berbasis iman dan berbasis logika. “Kedapan saya ingin memulai ada embrio lab (laboratoruim) yang membahas masalah ini,” imbuhnya. Ia menceritakan, saat ini sudah ada laboratoruim seperti itu yang dimiliki oleh Agus Purwanto D Sc, penulis buku Ayat-Ayat semesta yang juga dosen FMIPA ITS.

Mustain tahu, nantinya banyak anggapan bahwa hal tersebut terlalu jauh, namun bapak 7 anak ini meyakinkan bahwa semua memang kelihatan jauh, tetapi kalau sudah melangkah pasti akan jelas. “Kalau tidak melangkah pasti akan berat, yang dekat saja kalau tidak mau melangkah pasti tidak akan sampai,” imbuhnya.

Strategi yang kedua adalah back to bahari, dengan arah pendidikan untuk kepentingan nasional. Dan nantinya akan lebih fokus untuk kembali ke masyarakat dan bangsa bahari. Mustain menjelaskan, dirinya mengambil strategi ini bukan semata mata karena dari fakultas yang berbasis kelautan. Namun karena fakta bahwa laut Indonesia sangat luas dan kaya akan berbagai sumber daya.

“Bangsa Indonesia dulu adalah bangsa yang berjaya, karena mereka menguasai  lautan,” imbuhnya. Namun setelah terjadi penjajahan, paradigma masyarakat Indonesia diubah oleh penjajah menjadi masyarakat agraris. Ini bertujuan supaya laut Indonesia tetap dapat dikuasai “bangsa penjajah” seperti sekarang ini.

Dosen yang juga sekretaris jurusan Teknik Kelautan ini mengungkapkan bahwa, saat ini Indonesia membutuhkan minimal 10 Institut Kelautan untuk kembali menguasai lautannya. Namun, sampai sekarang tidak ada satu pun Insititut, yang ada hanya Fakultas Teknologi Kelautan atau sejenisnya.Oleh karena itu, Mustain akan membuat ITS sebagai pelopor Institut Kelautan. “Kita harus menguasai laut kita untuk kesejahteraan bangsa,” ungkapnya.

Dan strategi ketiganya adalah wajib belajar 12 tahun, dengan arah pengabdian masyarakat untuk kepentingan lokal Jawa Timur. “Disini, nantinya semua bentuk pengabdian masyarakat difokuskan untuk ikut membangun pendidikan di Jatim,” tambahnya. Selain itu, ini juga upaya untuk membackup program Gubernur Jatim wajib belajar 12 tahun pada 2011.

Mustain menuturkan, kesediannya menjadi bacarek bukanlah usaha untuk mendongkel atau upaya untuk meminta jabatan, namun merupakan kesempatan untuk terus memperbaiki. Selain itu, ia menganggap, kepemimpinan ITS saat ini sudah baik dan sudah pada jalannya.

“Ini untuk memberitahukan ke semua insan ITS bahwa saya bersedia apabila diberi amanah ini, sekaligus untuk memberitahukan pikiran-pikiran saya untuk kemajuan ITS dan bangsa ini,” lanjut pria lulusan Pondok Pesantren Langitan Tuban ini.

Diakhir wawancara, Doktor yang pernah memperoleh penghargaan fellowship of peace building dari International world vision Srilangka ini mengungkapkan, ia akan memberikan dengan senang hati dan ikhlas semua konsepnya ini kepada siapapun rektor terpilih. “Alhamdulilah, dengan senang hati akan saya berikan. Ini semua saya lakukan dengan niat hanya ingin berjuang di jalan Allah,” tutupnya. (rik/fn)

Berita Terkait