Senyum bangga merekah dari wajah lima mahasiswa Desain Produk ini. Dengan bangga menyambut ucapan selamat yang terulur dari dosen, dekan, juga rektor ITS saat tasyakuran prestasi ITS Kamis (29/7). PKMK yang mereka rancang berhasil tembus PIMNAS dan membawa pulang medali emas
Adalah Tyas Ajeng Nastiti, Ceyza Amera, Wiguna Alodia, Dwiparamandita, dan Enriko satria. Di tangan-tangan kreatif mereka inilah, benda-benda yang awalnya adalah sampah bisa menjadi barang bernilai anggun dan layak jual.
“Awalnya ini hanya hobi dan kesukaan kami pada aksesori,†terang Tyas dengan mata berbinar. Lalu, ide membuat aksesori sendiri itu tercetus begitu saja ketika melihat sampah tugas mereka yang menggunung. “Mengapa tidak dimanfaatkan saja,†pikirnya saat itu.
Dalam kesempatan tesebut, Tyas dan kawan-kawan sempat menunjukkan produk mereka yang mereka beri nama Meradlodies. Sederhana, dengan rantai hitam yang soft dan liontin besar dengan design unik dan bermacam-macam. “Nama Meralodies di ambil dari nama belakang saya, Ceyza dan Wiguna,†terang ajeng kembali.
Dilihat dari konsep, kalung Meralodies ini memang relative sederhana. Akan tetapi produk mengandung unsur kreativitas tinggi dan prinsip recycle yang diangkat dalam produk ini patut diacungi jempol. Buktinya dengan desain yang mereka rancang, income yang mereka dapat dari penjualan kalung ini bisa mencapai dua juta setengah setiap bulannya.
Untuk menarik perhatian konsumen, Tyas dan tim kreatifnya menentukan tema rancangan yang berbeda tiap bulannya. “Sejauh ini sudah empat tema dan dua ratus design yang kami keluarkan ke pasar,†aku Tyas. Nama tema yang mereka usung pun unik dan nyentrik. Bahkan, kebanyakan nama tema diambil dari plesetannya.
Sebut saja faunomenal yang merupakan kependekan dari fauna fenomena. Glamoresia atau glamor Indonesia yang menganggkat tema batik. Juga colour attracktion dan flannel in chain. Semua nama tema tersebut akan mewakili desain yang akan ditawarkan dalam produk Meralodies sebulan ke depan.
Dalam memasarkan produk mereka, Tyas dan kawan-kawan memanfaatkan teknologi dunia maya sebagai sarana promosi dan juga transaksi. “Untuk toko online, kita pake facebook, blog, dan kadang juga twitter,†ungkap Ceyza ikut menanggapi. Selain itu, mereka juga menitipkan produk mereka ke salah satu butik di mall di Surabaya.
Dengan asas profesionalisme, Meralodis hanya bisa dipesan maksimal tiga kali dengan desain dan model yang sama. Jadi, dapat dipastikan akan susah mencari kembaran kalung yang dibeli. Sistem tersebut hanya berlaku di penjualan online yang kadang pengambilannya pun bisa sampai luar Jawa. “Untuk penjualan di butik lain lagi, kami biasanya bikin dengan model-model khusus one kind design,†tambahnya.
Sejak dirintis Januari lalu, bisnis kalung statement neckless mereka bisa dibilang berkembang pesat. Seperti pelanggan yang sudah merambah sampai luar Jawa Timur, bahkan sampai luar Jawa. Seperti Bandung, Jakarta, Bali, dan juga Lombok. Demi mendapatkan kalung berdesign anggun dan glamor khas Meralodies ini, pelanggannya tak sayang untuk mengeluarkan uang barang sampai Rp 40 ribu.
Perjalanan Menuju Medali Emas
Medali emas sepertinya bukan targetan utama Tyas dan kawan-kawan. Bagi tim yang kebanyakan dari angkatan 2008 ini, yang pertama adalah member presentasi yang baik dan menarik. “Kami berusaha tampil sebaik mungkin, terutama di depan juri,†papar Tyas.
Menurut Ceyza yang juga diamini rekan-rekannya, konsep yang diangkat oleh lawan-lawan mereka di PIMNAS bisa jadi lebih bagus dan lebih glamor. Akan tetapi justru Meralodies yang mengangkat produk dari bahan-bahan bekas. “Tim kami unggul saat presentasi, yang memang kami persiapkan dengan matang,†ujar Ceyza. Tentu saja tak lepas dari peran para dosen pembimbing mereka, seperti drs Zainul Asrori MSi, Dr Dra Ismaini Zain yang telah membantu meyiapkan presentasi.
Bukan jalan mudah yang harus ditempuh oleh Tyas dan kawan-kawan. Sejak mendapat dana dari Dikti, berbagai metode ia coba agar program kewirausahaan ini bisa berjalan lancar. Pameran demi pameran diikuti tim Meralodies. Dari Try Out Despro, PIMITS, sampai turut serta memberi pengajaran pada masyarakat Keputih dalam Education Week yang diadakan BEM iTS beberapa waktu lalu.
Semuanya berakhir manis bagi lima mahasiswa kreatif ini. Membawa pulang uang sejumlah Rp 9 Juta tentu saja bukan jumlah yang sedikit. “Uangnya akan kami gunakan untuk modal pastinya, agar bisanis lebh berkembang,†tutur Tyas. Terlebih kedepannya Meralodies tidak hanya dalam bentuk kalung, tapi juga hand band, bandana, juga gelang. (fz/nrf)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung