Energi masih menjadi topik yang marak diberdbatkan. Ditambah lagi kenaikan tariff TDL yang baru-baru ini menjadi bahan kontroversi. Kiranya yang menjadi alasan adalah minimnya sumber daya listrik di Indonesia yang juga mengakibatkan pemadaman linstrik bergilir dan mahalnya tarif listrik itu sendiri.
Nuklir, salah satunya menjadi solusi yang prospektif. Penggunaan logam uranium yang merupakan bahan utama ditemukan lebih murah dan efisien disbanding batu bara. Akan tetapi disisi lain juga menjadi kontrofersial mengingat dampak radiasi yang membahayakan manusia maupun lingkungan sekitar.
Dalam seminar yang bertemakan Menuju Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir untuk Mempercepat Kesejahteraan Bangsa, dibahas secara detail fakta yang menyebutkan bahwa nuklir tidak seberbahaya yang seperti di kira.
“Dalam mengembangkan energi, aspek yang harus diperhatikan adalah social, ekonomi dan lingkungan, tidak bisa meninggalkan salah satunya,†papar Prof Muhtasor PhD, selaku Dewan Energi Nasional. Muhatsor juga menjelaskan pemerintah sudah mencanangkan pembangunan Pembangkit Listrik tenaga Nuklir (PLTN) 2015 mendatang. Dan untuk persiapannya harus dilakukan delapan tahun sebelumnya.
“Seharusnya persiapan ini sudah dimulai beberapa tahun ini,†lanjutnya.
Di negara-negara tetangga pun sudah menerapkan teknologi serupa. Seperti China, Korea Selatan juga India. Lagi pula, Muhtasor melanjutkan, Indonesia punya potensi besar untuk mensuplai kebutuhan nuklir Indonesia.
Senada dengan Muhtasor, Dr Taswanda Taryo MSc Eng, Deputi BATAN, mengungkapakan cadangan uranium Indonesia masih ada sampai 230 tahun mendatang. “Belum lagi recyclenya, masih punya waktu berabad-abad,†tuturnya.
Faktor yang dinilai bahaya dalam berdirinya PLTN adalah reaktornya, akan tetapi dapat diminimalisir dengan air yang menjadi pendingin dari reaksi nuklir tersebut. “Dan isu bahwa nuklir menyumbang climate chang , nuklir hanya menyumbang sedikit sekali CO2,†tambah Taswanda.
Usulkan Terapkan Candu Reaktor Untuk Indonesia
Selain mendatangkan pembicara dari BATAN dan ITS, seminar Nasional yang berjalan seharian itu juga mendatangkan pakar nuklir dari Kanada, Ian Love. Petinggi AECL (Atomic Energi of Canada Limited) ini membawakan materi Rencana Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Terkini.
Dalam presentasi singkatnya, pria berkebangsaan Skotlandia ini memaparkan teknologi Candu Reaktor. Sistem pembangkit listrik yang menggunakan uranium dan heavy water (deuterium oksida). “Sistem ini sudah digunakan di Canada 1950, dan bisa diterapkan di Indonesia,†ungkapnya. (fz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan