ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
27 Juli 2010, 14:07

Kolaborasi Manis, Pemkot Tingkatkan Pengelolaan Drainase

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Isu banjir kembali menghangat di ruang publik seiring hujan deras yang sempat mengguyur beberapa kota beberapa waktu ini. Bisa dibilang, hujan yang turun bukan di musimnya menunjukkan ancaman global warming. Berbagai pihak pun mencari solusi penanganan banjir. Salah satunya, yakni melalui drainase yang menjadi bahasan utama workhshop ini.

Ir Endah Anggraeni MT sebagai wakil dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya dan Tata Ruang Jawa Timur menjelaskan drainase perkotaan labih detail. “Drainase perkotaan ini berupa sarana pembuangan air,” tutur Endah. Drainase perkotaan ini memang dibutuhkan untuk beberapa kondisi, misalnya mengeringkan wilayah kota dari genangan.

Menurut Endah, pertumbuhan penduduk yang signifikan erat hubungannya dengan kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun yang masih rendah. Tak heran, masih banyak permasalahan mengenai drainase ini. Mulai dari penanganan drainase belum tahap prioritas, pemecahan masalah genangan belum terpadu secara sistem, sampai kesadaran pemeliharaan saluran yang masih rendah.

“Sebenarnya sudah banyak kebijakan mengenai drainase. Sekarang tinggal semua pihak mau menjalankan atau tidak,” imbuhnya. Kebijakan yang ada pun telah memiliki strategi dan rencana tindak yang jelas. Bahkan, pembagian urusan pemerintahan dalam pengelolaan drainase tak luput dari bahasan kebijakan terkait drainase.

Senada dengan Endah, wakil Dinas PU Binamarga dan Pematusan, Syamsul Hariadi ST MT turut mengupas pengelolaan sistem drainase di kota Surabaya. “Surabaya telah membagi lima rayon wilayah sistem drainase,” ungkapnya. Lima rayon tersebut meliputi rayon Jmabangan, Gubeng, Genteng, Tandes, dan Wiyung. Dimana masing-masing rayon memiliki satu atau lebih sistem drainase yang dilengkapi pompa air beserta rumahnya.

“Surabaya sudah memiliki lebih dari 35 pompa air yang dilindungi mechanical screen,” tambahnya. Namun, diakui Syamsul, alat tersebut masih belum bisa melindungi pompa air dari benda-benda berat. ”Yang dimaksud benda berat ini kayu, kursi, atau kasur,” ujar Syamsul yang sontak mengundang tawa peserta workhsop.

Tak hanya itu, pemaparan pun dilanjut dengan penjelasan singkat pihak akademisi dari ITS, yakni Ir Anggraeni, MSc dari jurusan Teknik Sipil dan Prof Ir Joni Hermana MScEs PhD selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Secara khusus, workshop ini pun dihadiri beberapa LSM dan Badan Perencanaan dan Pembangunan kota-kota di Jawa Timur yang tentunya memiliki sistem drainase yang berbeda.

Dengan adanya workshop ini, Ir Mas Agus Mardyanto ME PhD selaku Ketua jurusan Teknik Lingkungan pun berharap kolaborasi pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat semakin kuat untuk menangulangi permasalahan banjir. “Biar semua tidak hanya menyalahkan dinas saja,” ujar Mas Agus akhirnya. (esy/fn)

Berita Terkait