Kalau kita cermati, banyak situs pariwisata dunia, khususnya Indonesia. Kebanyakan situs tersebut menggunakan berbagai macam bahasa pemrograman. Hal ini membuat situs tersebut sulit terintegrasi menjadi sebuah sistem yang padu.
Menurut Hatta, ketua tim pengembang Nusantara View 2.0, minimnya informasi kepariwisataan di Indonesia yang bisa diakses online dan terintegrasi membuat potensi pariwisata di Indonesia kurang begitu dikenal oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Selain itu, mahasiswa Jurusan Sistem Informasi ini menambahkan, penyediaan informasi mengenai tempat pariwisata pada website pariwisata pun sangat sedikit sehingga calon wisatawan harus mencari informasi mengenai tempat pariwisata di website lain.
“Hal lain yang menjadi masalah adalah koneksi internet yang terbatas pada beberapa daerah. Beberapa daerah mengalami kendala infrastruktur untuk teknologi internet,†jelas pria kelahiran 13 Agustus 1988 tersebut. Ternyata, kejelian Hatta bersama enam rekannya, Adhya Husni Mubarok, Manaraceko PM, Glend Steven Matita, Fitrah Meilia P, Budi Candhra Dekaralos, dan Pradipto, melihat fakta pariwisata Indonesia yang seperti itu, lahirlah ide untuk mengembangkan Nusantara View 2.0.
“Nusantara View adalah aplikasi katalog kepariwisataan berbasis web yang dinamis dan terintegrasi di seluruh wilayah Indonesia,†jelas Hatta singkat. Selain itu, Nusantara View juga mencoba memberikan informasi secara lengkap bagi wisatawan. Mulai dari peta penunjuk tempat wisata, sarana transportasi ke daerah wisata lengkap dengan saran pemilihan metode transportasi, informasi kuliner lengkap dengan penunjuk lokasi dan menu-menu yang disediakan, foto-foto pendukung, Video tentang daerah wisata, even-even yang ada, Lokasi penginapan dan biaya-biaya, bahkan sampai jadwal penerbangan pun tersedia.
“Salah satu diantara banyaknya keunggulan Nusantara view 2.0 adalah penerapan Informasi up to date dengan menggunakan teknologi Mash Up,†kata Finalis Business Game Contest tahun lalu itu. Konsep dari Teknologi Mashup adalah menjadikan internet sebagai basis data universal yang dapat dimanfaatkan oleh para pengembang web untuk menggabungkan data dan informasi dari berbagai sumber. kemudian menampilkannya dalam sajian informasi yang baru.
“Jadi, kita nggak perlu update data untuk memperbarui informasi,†terang pria yang mengaku gemar menulis ini. Kok bisa ? Ternyata, teknologi mash up yang menggandeng Yahoo! Pipes ini akan mendapatkan berbagai informasi mengenai lokasi pariwisata seperti gambar, video, even yang terjadi di sekitar lokasi wisata, dan pesan-kesan wisatawan secara otomatis. Tidak lupa pula Google Maps digunakan untuk menampilkan lokasi wisata, transportasi dari dan ke lokasi wisata, serta kuliner yang ada di sekitar lokasi wisata.
Selain itu, keunggulan lain yang menjadi ujung tombaknya adalah intregasi Nusantara View 2.0 dengan perangkat mobile yang berbasis Android. Hatta yakin, aplikasi teknologi ini akan menggait banyak pengguna karena kemudahan penggunaannya. “Wisatawan nggak perlu lagi bawa laptop kemana-mana. Cukup dengan menggunakan handphone saja,†ujar wartawan Radar Tulungagung tahun 2004 itu.
Dengan berbagai keunggulan itu, tidak mengherankan kalau Nusantara View 2.0 dinobatkan sebagai nominator ajang penghargaan teknologi bergengsi, INAICTA 2010. Penetapan juara untuk kategori Student Project ini akan diselenggarakan di JCC, Jakarta 23-24 Juli nanti. Harapan besar bagi Hatta dan timnya untuk mendapatkan penghargaan ini.
“Penggunaan teknologi Mashup dan API pada google map ini belum banyak diterapkan di Indonesia bahkan di dunia. Semoga Pembuatan situs NusantaraView dapat menjadi pelopor pemanfaatan teknologi tersebut di Indonesia,†Harap administrator laboratorium E-Business itu.
 
Dari Project 44 sampai Code In The Train
Dibalik produk spektakuler Nusantara View 2.0, ternyata tersimpan berbagai kisah unik inspiratif. Hal tersebut diungkap oleh Hatta bersama sahabatnya, Adhya Husni dalam wawancara singkat dengan reporter ITS Online.
“Sejak kuliah di Sistem Informasi ITS, saya dan Husni punya proyek khusus yang kami namakan Project 44,†kata Hatta mengawali ceritanya. Ini bukanlah sembarang proyek, karena kami bertanggung jawab secara pribadi terhadap diri kami.
Pria 22 tahun ini menjelaskan, Project 44 adalah program kuliah S1 yang ditempuh dalam 4 tahun dengan output 4 point. “Point pertama adalah mendapatkan IP bagus,†tukas mahasiswa angkatan 2006 ber-IPK 3.43 tersebut. Sama halnya dengan Hatta, Husni juga tergolong mahasiswa aktif dengan IPK luar biasa.
Awalnya, Hatta sempat down karena mimpinya untuk lulus kuliah tepat waktu dengan IP bagus akan hangus. “Saya pernah di-drop satu semester di awal tahun kedua kuliah saya,†ujarnya lirih. Karena kekhilafan, yaitu ketahuan menyontek, Hatta harus merelakan 24 SKS yang ditempuh dengan kerja keras hangus di akhir semester.
“Kok pas sekali, saya yang hanya menyontek sekali-kali waktu ujian ketahuan,†jelasnya. Untungnya, orang-orang disekitarnya selalu memberi dukungan moral untuk bangkit menyongsong masa depan. “Saya hanya bisa menyesali perbuatan serta mengambil hikmahnya,†katanya.
Hatta tidak henti-hentinya berikhtiar serta berdoa kepada Allah SWT untuk terus berusaha meraih mimpinya. Alhasil, doa pria pecinta olahraga ini dikabulkan. “Alhamdulillah, tahun ini diadakan ekivalensi, sehingga mampu menyusun kembali SKS yang ketinggalan,†ucapnya gembira.
Point kedua dari project 44 adalah mengasah softskill selama kuliah. Hatta dan Husni memang aktivis mahasiswa di jurusannya. Mereka berdua juga merupakan para pionir terbentuknya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi (BEM FTIf). Selain itu, Husni juga tercatat sebagai ketua Kajian Islam Sistem Informasi (KISI) periode 2008/2009.
Point selanjutnya adalah aplikasi hardskill yang diperoleh selama kuliah dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya, kegemaran menulis Hatta sempat menjadikannya sebagai wartawan surat kabar harian di kotanya. Namun, ketika kuliah dia berusaha banting stir. Bersama Husni, dia pun selalu berusaha mengaplikasikan hardskillnya.
“Kami sering sekali mengerjakan proyek-proyek berbasis Teknologi Informasi baik diluar maupun bersama dosen,†ungkap Hatta. Sehingga tidak mengherankan, dengan hasil yang bisa mencapai 2.5 juta perbulan itu mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. “Alhamdulillah, sudah bisa meringankan beban orang tua di rumah,†tukasnya.
Point terakhir dari project 44 adalah prestasi. Hatta tercatat pernah menjadi Finalis Business Game Contest pada tahun 2009. Bersama Husni, dia juga menerima dana PKM Kewirausahaan DIKTI tahun ini. Sebelum lulus pun, mereka masih mengejar prestasi dengan Nusantara View 2.0 sebagai nominasi dalam INAICTA 2010 “Kami akan selalu berusaha mengukir sejarah SI dengan Prestasi,†jelasnya.
“Nusantara View adalah proyek Tugas Akhir senior kami yang terus dikembangkan,†jelas Hatta. Dia menceritakan, sebenarnya Nusantara View tahun lalu pernah mendapatkan penghargaan Honorable Mansion pada even serupa. Dengan banyak pengembangan khususnya dalam aplikasi Mash Up dan Android, kami optimis bakal memenangkan kompetisi ini, tambahnya.
Mereka mengaku mendapat inspirasi pengembangan Nusantara View 2.0 ini H-3 sebelum nominasi ini diseleksi (2/7). Apalagi, data-data senior mereka sebelumnya sudah hilang. “kami benar-benar bekerja keras untuk membangun database mulai dari awal,†ungkap Hatta. Bahkan, mereka tidak sempat tidur di kereta selama perjalanan ke ibu kota karena menyelesaikan proyeknya. Code In The Train, itulah istilah tak terlupakan mereka selama di kereta.
Waktu presentasi seleksi nominasi juga menjadi pengalaman singkat yang spesial. Mereka mengaku bertemu dengan para pakar IT Indonesia kenamaan. Bahkan, dengan pengalaman itu, mereka mengaku serasa sidang Tugas Akhir (TA) kuliah walaupun notabenenya belum pernah. Besar harapan mereka untuk memenangkan kontes ini dan maju ke Asian Pasific Information & Communication Award (APICTA) 2010. “Kami berharap mampu menjadi wakil Indonesia dalam APICTA,†tutupnya. (niv/yud)
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi
Surabaya, ITS News — Mewujudkan sinergi dengan pemerintah daerah, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyambut positif program Bantuan Biaya