ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
09 Juli 2010, 17:07

Mahasiswa ITS Sulap Limbah Jadi Beton

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kelima tim ini masing-masing terdiri dari tiga orang. Selama dua bulan terakhir, mereka telah bekerja keras untuk menciptakan beton inovasi mereka. Sesuai dengan tema lomba, Innovation for Sustainable High Strength Concrete, mereka berusaha untuk menciptakan beton yang mempunyai kuat tekan lebih dari 40 MPa tapi sekaligus juga terbuat dari material yang berkelanjutan.

Melalui diskusi dan membaca referensi,  fly ash, yaitu limbah hasil batubara mereka pilih sebagai bahan dasar . Bahan yang memang telah tersedia di laboratorium jurusan itu berasal dari PLTU Paiton. Fly ash pun mereka gunakan sebagai campuran semen. Sebagai pengganti batu, mereka menggunakan slag, atau limbah pembuatan baja yang mereka dapatkan dari Ispat Indo. Kedua bahan tersebut sering terbengkalai dengan percuma.

“Kami saling bekerjasama, mulai dari pencarian bahan, hingga proses pembuatan. Yang membedakan  beton di antara tim-tim kami adalah komposisinya. Selain itu, ada pula beberapa kelompok yang menggunakan copper slag, atau limbah pembuatan tembaga,” tutur Wahyu Candra Prasetya, salah satu anggota tim lomba beton tersebut.

Proses pembuatan beton sustainable ini sama dengan pembuatan beton biasa. Akan tetapi, dengan menggunakan kedua material campuran tersebut, beton ciptaan mahasiswa ITS mempunyai beberapa keunggulan.

Yang pertama terdapat pada sisi biaya, yaitu lebih ekonomis. Harga fly ash dan slag jauh lebih murah daripada semen dan batu. Bahkan bila dihitung, beton ciptaan para mahasiswa ITS bisa mempunyai selisih harga Rp. 125.000,00/m3 dibandingkan beton sekualitasnya di pasaran. Selain itu, bahannya yang merupakan hasil daur ulang limbah industri membuatnya ramah lingkungan.

Perhitungan kuat tekan silinder beton berdiameter 15 cm dengan panjang 30 cm yang mereka hasilkan mencapai sekitar 72 Mpa pada saat berusia 7 hari saja. Perhitungan kuat tekan selanjutnya dilakukan oleh Indocement, yang hingga saat ini belum diketahui hasilnya. Dengan angka perhitungan awal yang sudah begitu bagus, Wahyu optimis bahwa beton mereka dapat mencapai angka 80 MPa, sesuai target awal mereka.

Mahasiswa angkatan 2008 yang juga menjadi juara kedua lomba beton UK Petra beberapa waktu lalu ini menjelaskan beton tersebut sangat cocok digunakan untuk bangunan-bangunan tinggi, seperti high-rise, apartemen, dan gedung pencakar langit. Selain itu, beton tersebut juga dapat digunakan untuk infrastruktur yang membutuhkan ketahanan kekuatan yang tinggi, seperti jembatan Suramadu.

Mengenai usia dari beton itu sendiri, Wahyu mengaku bahwa hingga saat ini ia belum dapat memastikannya. “Perlu riset yang lebih jauh untuk mengetahuinya,” ujarnya. Tetapi diperkirakan usia beton tersebut akan mirip dengan yang digunakan untuk jembatan Suramadu, yaitu lebih dari 100 tahun. (lis/yud)

Berita Terkait