ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
27 Juni 2010, 09:06

Tiga Roket ITS Beraksi di KORINDO 2010

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Panas matahari yang menyengat dan aroma asin khas pesisir tak dirisaukan oleh Farid Ridha Muttaqin. Ia beserta dua orang timnya yang berasal dari ITS sibuk memincingkan mata melihat setiap pergerakan roket yang meluncur. Dhuarr! Roket meledak di angkasa. "Wah tidak terjadi separasi," celoteh Ike Meilia rekan satu tim Farid. "Nomor 409 bersiap-siap menuju peluncuran," teriak salah satu panitia KORINDO. Farid Ridha, Ike Meilia, dan Yusuf Afandi pun beranjak menuju tempat peluncuran.

Tiga sekawan yang menamakan roketnya Badjoel djo Rock’eat ini tengah mengikuti KORINDO yang diselenggarakan oleh DIKTI. "Ini merupakan KORINDO yang ketiga kalinya (pelaksanaannya, Red)," ujar Farid. Mahasiswa jurusan Teknik Fisika ini menyebut event ini rutin diadakan setiap tahun. Ia juga memaparkan ada beberapa seleksi yang harus dilalui dalam KORINDO. Pada bulan Januari lalu dilakukan seleksi proposal. Setelah diterima lima puluh proposal diadakan lagi seleksi progress dengan presentasi video hingga diperoleh empat puluh peserta nasional pada bulan Maret.

"Setelah melalui berbagai proses seleksi pada hari Sabtu (26/6) dilakukan uji fungsional di Bantul dan peluncuran roket pada saat ini (27/7)," papar Farid yang merupakan  mahasiswa angkatan 2007 tersebut. Mahasiswa jangkung ini juga menuturkan bahwa KORINDO 2010 berbeda dengan KORINDO sebelumnya. Pada tahun ini digunakan lima sensor yaitu sensor percepatan, temperatur, kelembapan, tekanan dan kompas, ditambah dengan homing meteo payload yang memungkinkan muatan roket kembali ke tempat asal.

"Kami sempat menemui beberapa kendala yaitu desainya yang berubah total dan pada saat peluncuran dan terjadi separasi, transmisi data terputus," jelas Farid.

Di tempat yang sama, dua tim yang berasal dari PENS ITS terlihat duduk santai setelah meluncurkan roketnya. Tim yang bernama PENSky 10 ini terdiri dari Ahmad Diki Zulkarnain, Deni Prabowo S, dan Haikal Baikuni Hakim. "Awalnya dilakukan penyisihan dari tiga puluh mahasiswa PENS yang ingin mengikuti KORINDO. Dari tiga puluh mahasiswa, diambil enam mahasiswa untuk dibentuk dalam dua tim," ungkap Diki. Mahasiswa angkatan 2007 tersebut menuturkan bahwa seiap mahasiswa yang mengikuti seleksi diwajibkan membuat proposal yang berisi tentang roket buatan mereka dan menjalani tes wawancara.

"Tadi muatan roket kita bisa kembali," tutur Diki sambil menunujuk daerah di dekat bendera merah. Padahal kebanyakan muatan roket tim yang lainnya tidak kembali karena terseret angin dan ditelan ombak di lautan.

Tim dari PENS lainnya adalah EEPISky G-01. Tim yang terdiri dari Ahmad Fuady, Eko Budi Utoo, dan Prabancoroadhi tersebut memiliki cerita tersendiri. "Terjadi masalah pada baterai saat dilakukan integrasi antara roket dan muatan roket," celetuk Eko. Pada akhirnya Eko bersepeda motor sekitar dua setengah jam ke kota Jogja-Bantul hanya untuk membeli baterai lithium.

Sisi unik lainnya, selama pelaksanaan KORINDO 2010 para peserta menginap di rumah penduduk setempat. "Meskipun kami menumpang, kami disambut dengan baik dan ramah oleh penduduk," ungkap Farid. (el/tyz)

 

Berita Terkait