ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
11 Juni 2010, 01:06

Tri Widjaja: Lakukan Empat Prinsip

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Gigih, mungkin itu kesan pertama yang ditangkap setiap orang ketika bertutur sapa dengan sosok Tri Widjaja. Tak disangka-sangka, pria kelahiran 21 Oktober 1961 ini dulu adalah sosok yang sulit memulai berorganisasi dan sulit pula ketika harus berbicara di depan umum. Ya, suatu hal yang sering dialami setiap orang.

Tri Widjaja mengaku sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), ia tak pernah aktif dalam organisasi. “Dulu saya hanya ikut organisasi sebagai pengurus,” tuturnya sembari tersenyum ramah. Ia mulai meyakinkan diri untuk terjun dalam organisasi ketika menjadi mahasiswa. Dan jurusan Teknik Kimia-lah sebagai awal lonjakan karirnya.

“Saya ikut badan perwakilan mahasiswa. Di situ, kita dilatih untuk menghasilkan banyak pemikiran,” cerita pria berkacamata ini. Sebenarnya, keberaniannya terjun di dunia organisasi datang dari motivasi seorang gurunya di SMA. “Nanti kita pasti terjun di masyarakat, minimal kalian bisa menjadi ketua RT (Rukun Tetangga, red),” pernyataan itulah yang memotivasinya.

Lulus tahun 1975, ia melanjutkan studi magister dan doktoral-nya di jurusan Teknik Kimia Universitas Hiroshima. Bidang pengolahan limbah industri pun menjadi bidang keahliannya hingga saat ini. “Saya mengabdikan diri sebagai dosen di Teknik Kimia ini sudah sejak tahun 1986,” ungkap Tri Widjaja lagi.

Sosok yang mahir berbahasa ala negeri sakura ini pun mulai mengawali kiprahnya sebagai seorang pemimpin. Sebut saja bidang penelitian. Lebih dari lima kali, ia memimpin sebuah tim untuk menghasilkan sebuah penelitian yang bermanfaat. Misalnya, penelitian tentang Pengaruh HRT dan Beban COD terhadap Pembentukkan Gas Methan pada Proses Anaerobic Digestion Menggunakan Limbah Cair Tepung  Tapioka. ”Penelitian ini mendapat hibah penelitian IM-HERE Project,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia pun pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium Penelitian Teknologi Biokimia. Hingga akhirnya ia didaulat sebagai Kajur Teknik Kimia pada tahun 2007. Di bidang kemasyarakatan, sosok Tri Wdjaja pun pernah diamanahi posisi Ketua Rukun Warga (RW). “Menjadi pemimpin untuk skala yang lebih luas, cukup sekali saja. Biar semua bisa merasakan dan regenerasi itu ada,” tandasnya.

Satu Visi untuk Teknik Kimia
Kali ini, Tri Widjaja mengulang rumor prestasi dua tahun berturut yang pernah diraih jurusan Teknik Kimia. Jika tahun 1999 ia menjadi peneliti terbaik dan tahun 2000 sebagai dosen teladan ITS, ia pun mampu mendulang kesuksesan yang sama di tahun 2009 dan tahun 2010.

Mendapat prestasi memang bukan hal yang mudah sebagaimana prestasi yang ditorehnya sekarang sebagai Kajur terbaik. Tri Widjaja harus mempersiapkan paper yang tebalnya menyamai buku-buku mata kuliah jurusan sebagai media seleksinya. “Paper ini meliputi apa yang sudah dicapai setiap jurusan,” terang pria yang hobi bermain adu strategi kemenangan di catur.

Menurut Tri Widjaja, sejak awal jurusan Teknik Kimia memiliki visi menjadi institusi pendidikan dengan reputasi internasional yang memainkan peran sebagai universitas rujukan (resources university) serta sebagai pusat unggulan dalam transfer dan pengembangan ilmu Teknik Kimia.

Melalui visi tersebut, Tri Widjaja mengaku bahwa semua pihak di Teknik Kimia selalu berupaya menghasilkan lulusan kompteten baik secara akademis dan kualitas di pasaran global. “Untuk menghasilkan output yang baik, kita menyeimbangkan antara minat, penalaran, dan soft skill,” lanjut Tri Widjaja.

Berbicara mengenai soft skill, jurusan Teknik Kimia selalu mengoptimalkan bidang kepemimpinan, teamwork building, bahasa Inggris, serta entrepreneur melalui berbagai kegiatan. “Kita sering mengadakan kuliah tamu yang mendatangkan alumni, seperti Ir Dwi Kusnaryanto dari PT Ecco Indonesia yang berbagi tentang penerapan lean untuk meningkatkan kerja perusahaan,” jelas peraih penghargaan penyaji terbaik pada seminar hasil penelitian fundamental tahun 2008.

Prestasi utama Tekik Kimia yang sering merajai dunia keilmiahan pun tak luput dari penjelasan Tri Widjaja. “Saya mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa Teknik Kimia yang banyak meraih penghargaan di kompetisi karya tulis, seperti medali emas Pimnas,” tuturnya sembari menyebutkan bahwa hal ini juga menjadi penilaian isi paper.

Ketika ditanya hal penting yang ia tekankan pada seluruh warga Teknik Kimia, dengan tegas ia menjawab akhlak adalah poin utama. “Semua kemampuan yang dimiliki seseorang harus dibarengi dengan akhlak yang baik dan bertakwa. Silahkan mahasiswa mengadakan lembaga dakwah sebab itu sebagai salah satu sarana,” jelasnya panjang-lebar.

Melalui prinsip yang ia gencarkan, Ia pun berharap jurusan Teknik Kimia bisa berkembang lebih baik lagi karena iklimnya sudah baik. Satu kata yang ingin ia tularkan pada mahasiswanya dan orang lain adalah ganbatte. “Di Jepang, ganbatte itu berarti berusaha sampai titik darah penghabisan. Tetap belajar, berdoa, jujur dan yakin maka kamu akan memperoleh hasil yang maksimal,” pungkasnya. (esy/bah)   

Berita Terkait