ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
11 Juni 2010, 13:06

Rangkul Pertamina, Teknik Kimia Sosialisasikan Energi Alternatif

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Isu energi alternatif agaknya menjadi bahasan yang siap dikupas setiap saat. Kali ini, secara langsung Jurusan Teknik Kimia mendatangkan alumni Teknik Kimia yang sukses menduduki jabatan strategis di Pertamina sebagai Manager New Product Development, Yuttie Nurianti.

Sedikit memperhatikan tentang Pertamina, Yuttie memberikan gambaran produk Pertamina di awal pemaparannya. “Produk industrial fuel,gas,dan pelumas pertamina ini berguna untuk banyak konsumen,” terang Yuttie sekaligus mengungkapkan bahwa produk tersebut memang digunakan oleh beberapa segmen, seperti automotive, pesawat terbang, rumah tangga, industri, dan marine.

Materi khas Teknik Kimia dengan gambar-gambar ala mata kuliah Pengantar industri kimia (PIK) pun tak luput dari penjelasannya. Selanjutnya, Yuttie pun memaparkan tentang keunggulan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang menjadi tempat utama yang sering dituju pemilik kendaraan bermotor. “Ada lima hal penting yang menjadi unggulan setiap SPBU, yaitu staff yang terlatih, jaminan kualitas dan kuantitas, fasilitas dan peralatan terpelihara dengan baik, format fisik yang konsisten, dan penawaran produk yang komprehensif,” jelasnya.

Faktanya, SPBU Pertamina sudah mencapai 4500 unit. Menurut Yuttie, SPBU Pasti pas-lah yang memegang banyak permintaan sebanyak 2801 unit. “SPBU Pasti pas ini mencapai 62 persen,” ungkap Yuttie. Beralih ke bahasan pelumas Pertamina, Ia pun mulai menjelaskan pelumas Pertamina tetap nyaman bertahan di peringkat nomor satu sebagai produk favorit konsumen. “Saat ini market share Pertamina terus bertahan di posisi 54 sampai 55 persen dari total volume kebutuhan nasional,” papar Yuttie lagi.

Bagaimana dengan konversi minyak tanah ke LPG yang ,menjadi tren saat ini? Yuttie pun memaparkan banyak benefit yang diperoleh dalam konversi ini. “Penghematan subsidi dapat mencapai Rp 20 trilyun per tahun, LPG juga lebih sulit disalahgunakan seperti minyak tanah, dan LPG jelas lebih bersih dari minyak tanah,” ungkap Yuttie.

Dalam roadmap program konversi minyak tanah untuk tahun 2010 ini, LPG akan menjadi bahan bakar utama dengan estimasi volume sebesar 4,1 juta ton per tahun. “Jadi, saat ini pun energy alternatif benar-benar dibutuhkan,” lanjutnya. Bagi Yuttie, energi alternatif ini merupakan pengembangan produk yang harus dilakukan. “Jika perusahaan ingin bertahan, ia harus melakukan pembaharuan,” ujarnya.

Tak salah jika Pertamina mengeluarkan produk berbasis ramah lingkungan dengan mengimplementasikan biofuel atau bahan bakar nabati. “Pertamina berkomitmen akan mendukung pemanfaatan biofuel sebagai bahan bakar alternatif sesuai dengan mandatori pemerintah,” pungkasnya. (esy/fn)

Berita Terkait