Hardikal merupakan event akbar yang diadakan TNI AL tiap tahun. Acara yang rencananya menghadirkan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) nasional ini memang dikhususkan untuk memperingati hari jadi TNI AL Indonesia. Tahun ini, acara yang dimulai dengan kompetisi inovasi pertahanan negara untuk tingkat SMA dan mahasiswa tersebut membuka stan pendidikan. Universitas terkemuka di Indonesia yang concern terhadap kemaritiman dan pertahanan pun turut bertengger di sana. Tentu saja, ITS sebagai kampus revolusi teknologi di Indonesia timur tidak ketinggalan dalam daftar itu.

“Kami tampilkan karya-karya mahasiswa dan dosen yang aplikatif, punya nilai jual, dan mampu diproduksi massal,” ungkap Ir Elly Agustiani, M.Eng. Kepala Unit Inkubator PBTI-LPPM ITS itu menjelaskan lebih lanjut, bahwa semua karya yang ada itu sudah diproduksi dan siap masuk pasar. “Kami membawa produknya, jadi tidak hanya omong doang,” kata Elly bangga.

“Intinya, tim ITS itu sudah masuk fase jemput bola,” tegasnya. Jemput bola yang dimaksud Elly tidaklah muluk. Karena pada faktanya, para civitas akademika sekarang tidak hanya berkutat pada teori dan riset yang menjemukan. Mereka sudah siap terjun ke lapangan untuk memasarkan produk-produk unggulannya. Beberapa di antaranya adalah kursi gigi inovatif dan lampu herbal elektrik.

Ketika pameran, Hetric lamp tidak pernah luput dari pandangan. Konsumen yang mayoritas ibu-ibu rumah tangga dengan setia mengotak-atik lampu "lima dalam satu" itu. Beberapa diantaranya tidak henti-hentinya mencoba merasakan aromaterapi yang katanya mampu mengurangi stress. Fungsi lain yang ditawarkan hetric adalah sebagai pengusir nyamuk. “Kami hanya menjualnya seharga Rp 189.900 harga yang cukup murah dengan inovasi dan multi fungsi yang kami tawarkan,” ujar Ahmad Ferdiansyah, selaku CEO Hetric lamp. Kurang lebih ada lima fungsi dari lampu itu yang bergabung menjadi satu dalam produk tersebut.

Kursi gigi elektrik fleksibel juga patut dibanggakan. Karya yang mendapat beberapa penghargaan emas pada PIMNAS tahun lalu itu banyak mendapat respon positif dari masyarakat. Bahkan, beberapa tentara angkatan laut pun sempat mencobanya sendiri. Dengan bandrol berkisar 22 jutaan, kursi gigi inovatif ini pun laris manis di pasaran. “Tahun ini, kami akan membawa karya ini ke PIMNAS lagi. Kalau tahun lalu kami golongkan dalam bidang teknolgi, maka sekarang akan kami masukkan dalam kewirausahaan,” jelas Ariyanto, CEO Kursi Gigi. Mahasiswa D3 Teknik Mesin ITS ini optimis karyanya akan mendulang emas lagi tahun ini.

Selain itu, masih banyak lagi karya unik aplikatif lainnya. Salah satunya adalah tim Robo Soccer yang digawangi oleh Nirwan Adhiatma, mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2007. Konsep yang mereka tawarkan pun unik. Biasanya, robot-robot yang diproduksi mahasiswa ITS adalah untuk kompetisi. Namun karya yang satu ini dikhususkan untuk mengabdi.

Nirwan menjelaskan, ide ini mucul ketika dirinya ingin mengabdi kepada SMA yang pernah membesarkan namanya, dengan tekologi tentunya. Jargon yang dibawa robot berseri ini adalah Bikin Robot Impianmu Sendiri. Jadi, mereka adalah fasilitator untuk pelajar dalam mengembangkan teknologi informasi. “Karena konsumen kami adalah pelajar, maka tampilan pun harus diperhatikan. Oleh sebab itu, kerja sama dengan mahasiswa Despro adalah pilihan solutif,” cetusnya.

Soepomo, salah satu pejabat di TNI AL memberi respon positif terhadap karya-karya ITS. Semua karya  tidak luput dalam pandangan tajamnya. Beberapa saran gratis yang membangun pun sempat dilontarkannya. “Coba saja Robo Soccer ini dikembangkan dengan fungsi penjapit. Saya optimis akan sangat berguna bagi kami, para tantara pertahanan negara,” Kata Soepomo.

 Ia melanjutkan, selama ini mereka membeli robot pengambil dan penjinak bom dari luar negeri seharga puluhan juta rupiah. Kalau robot penjapit itu dimanfaatkan sebagai pengambil bom, harga jutaan rupiah pun tak jadi masalah. “Kami akan bangga karena menggunakan produk anak bangsa,” tutupnya.(niv/bah)