"Konsep green sebenarnya sudah harus menjadi bagian dari hidup kita sejak lahir," Ridwan membuka seminarnya. "Tetapi kita mengalami sebuah krisis kebudayaan, sehingga untuk masalah green saja kita harus mengadakan seminar semacam ini," pernyataan berikutnya ini cukup menyentak para peserta.
Ridwan menjelaskan bahwa bumi pada awalnya adalah sebuah tempat yang dingin. Ia sempat berkisah bahwa semasa kecilnya di Bandung, ibunya biasa mengambil air embun di pagi hari, untuk diminum. Kini, bumi semakin panas, karena banyak kesalahan manusia.
Persoalan hidup hijau melingkupi seluruh kegiatan kehidupan, maka persoalannya memang tidak hanya terletak pada bangunan saja. Namun persoalannya secara menyeluruh dapat dihitung dengan ecological footprint, yaitu sebuah skala yang mampu mengukur kecepatan alam memproduksi diri sendiri.
Skala itu saat ini negatif karena kecepatan manusia membangun jauh lebih pesat. "Jadi bukan kita tidak boleh menebang pohon dan menggunakan kayu dalam bangunan, tetapi kita harus bisa membedakan antara kebutuhan dan kerakusan," tuturnya.
Ada beberapa cara untuk memperbaiki ecological footprint ini. "Di negara-negara maju, mereka memecahkan persoalan ekologis dengan teknologi," ujar pria berkacamata itu. Ia memberi contoh Zero Carbon City di Al Noor Ecopolis, Syria yang didesainnya sendiri. Di kota tersebut, para penghuni maupun pengunjungnya menggunakan mobil listrik untuk bepergian.
Oleh sebab itu kalau di negara berkembang seperti Indonesia, solusinya terdapat pada perubahan gaya hidup. Sehingga green is a life philosophy, konsep hijau menjadi sebuah filosofi hidup, ibarat prinsip hidup orang Bali. Semua orang dapat melakukannya dan tidak perlu teknologi yang mahal.
Perubahan ini dapat dimulai dengan memilih rumah tinggal yang lebih dekat dengan tempat kerja, sehingga mengurangi pula penggunaan kendaraan bermotor. Selain itu, sudah saatnya memanfaatkan busway. Ini akan sangat membantu mengurangi emisi karbon dan gas rumah kaca.
Selain itu, lelaki yang berkali-kali mendapat penghargaan Green Design ini juga menekankan untuk membangun bersama alam. Menciptakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tengah kota, seperti yang dilakukan di kota Manhattan dan membangun mall dengan green roof seperti di Jepang.
Bisa juga melalui pemanfaatan potensi alam yang ada sebagai wilayah pembangunan yang menarik. Contohnya di Surabaya adalah membangun di sepanjang sungai maupun laut. Bangunan seharusnya tidak membelakangi sungai ataupun laut, melainkan menghadap secara langsung.
Lihat saja negara-negara seperti Italia, atau bahkan Thailand, bagaimana mereka menjaga dan memanfaatkan infrastruktur air mereka. "Saya berharap Surabaya nantinya akan bisa menjadi sebuah waterfront city. Pasti akan menjadi kota yang sangat bagus," ujarnya optimis.
Yang tak kalah pentingnya, adalah kerja sama antar berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut. Kota tidak lagi hanya dibangun oleh para arsitek, penata kota maupun teknisi sipil, tetapi para desainer juga harus terlibat. Selain sehat dan ramah secara ekologi, kota juga harus dibangun untuk bisa menunjang kebahagiaan penghuninya.
Kehadiran Ridwan didukung oleh PT Jotun Indonesia selaku penyelenggara acara. Jotun adalah sebuah perusahaan internasional yang menawarkan produk coating untuk berbagai kebutuhan industri maupun rumah tangga yang ramah lingkungan. "Dengan acara ini, kami ingin sharing informasi mengenai konsep go green," ucap Jamaluddin Nur selaku Multicolor Manager Jotun di Indonesia.
Seusai seminar, diadakan Green Concept Competition. Selama 15 menit, para peserta diminta untuk membuat sketsa sebuah bangunan waterfront yang unik dan berteknologi hijau. Penilaian dilakukan langsung oleh Ridwan. Para pemenang semua berasal dari jurusan Arsitektur. Kompetisi itu dimenangkan oleh mahasiswa S2 Agung P, selanjutnya Aryo Mahardika (angkatan 2008), Agus Triawan (angkatan 2007) dan M. Taufik Rozaqi (angkatan 2009).(lis/bah)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan