Rapat terbatas digelar Selasa (!!/5) di ruang sidang LPPM ITS, rapat tersebut dihelat guna membahas satu konsorsium penciptaan kapal selam tanpa awak. Sebagai inisiator, tampil Dr Subchan SSi. Tampak pula Kol. Laut Edy Sulistyadi dari Kemenhan dan Dr Supartono MM dari Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) .
“2/3 bumi adalah kelautan, bahkan 2/3 wilayah negara kita juga wilayah perairan,†tutur Subchan mengawali demonya tentang kapal selam tanpa awak. Dan bersyukur, lanjut Subchan, wilayah ini cukup belum terjamah. Sehingga banyak yang bisa dieksplor lebih dalam.
Teknologi di luar pun sudah semakin canggih. Kalau bisa membuat pewasat luar angkasa tanpa awak, kenapa tidak bisa kapal selam tanpa awak juga, papar peneliti Alutsista ini. “Didukung dengan basis ITS di bidang maritim dan kelautan, dengan begitu semua elemen di ITS diharapkan bisa bersinergi dalam mewujudkan wahana ini,†tambah Subchan bersemangat.
Dalam dunia pertahanan, Indonesia sekarang mengalami krisis alat pertahanan. Hampir semua alat pertahanan yang ada harus mengimpor dari negara lain. Dan kini, Kemenhan sedang berupaya keras dalam mewujudkan belanja di negeri sendiri.
“Untuk menindaklanjuti revitalisasi pertahanan, sudah disusun master plan industri pertahanan,†papar Kol. Laut Edy Sulistyadi. Terutama bagaimana memberdayakan potensi dalam negeri untuk bisa memenuhi kebutuhan di pertahanan itu sendiri, lanjut pria berjaket hitam tersebut.
Dari Kementerian Ristek pun sudah memberi sinergi yang cukup dalam hal pendanaan dalam bentuk Litbang. “Polri masih menanti adanya alat dari penelitian yang bisa segera dipakai saat dibutuhkan,†Edy bercerita. Seperti halnya saat di Temanggung, saat penyergapan Noordin M Top. Robot yang digunakan adalah karya penelitian bidang teknologi. “Ini membuktikan adanya sinergi antara produsen dan user. Jangan khawatir masalah dana, Ristek sudah menyediakannya,†lanjut Edy memberi dukungan pada gagasan Subchan.
Forum tersebut menjadi layaknya diskusi terbuka. Kini giliran Dr Ir Supartono MM dari STTAL angkat bicara selaku user dalam konsorsium ini. “TNI AL masih banyak membutuhkan alat-alat yang bisa membantu dalam medan air tentunya. Kalau sudah ada wacana semacam ini, kenapa tidak dimanfaatkan, tinggal menyusun pohon teknologinya,†ujar pria paruh baya yang sore itu tampak masih mengenakan seragam angkatan lautnya.
Mereka semua yang hadir saling mengutarakan kontribusi yang akan diberikan dalam mewujudkan sinergi sesuai dengan porsi mereka masing-masing. Dr Guntur dari Teknik Mesin misalnya yang ingin berkontribusi dalam suplai gas kapal selam. Endang Mujiati dari Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) akan memberi sumbangsih dalam pendeteksian sinyal akustik di zona kapal selam, juga Triwikantoro MSc dari jurusan Fisika yang nantinya bisa membantu membuat kapal selam tanpa awak tersebut menjadi kapal selam anti radar.
Begitu diskusi konsorsium itu digelar, dengan harapan yang tinggi dalam mewujudkan Indonesia yang mandiri khususnya di bidang pertahanan, Subchan, selaku inisiator memberi satu kalimat lecutan, “Mari kita kembangkan konsorsium yang masih embrio ini menjadi sesuatu yang bernilai dan bermanfaat,†pungkas dosen Matematika ITS ini.(fz/bah)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi