Pujian, rangkulan, serta ucapan selamat tak henti-hentinya mengalir untuk
sosok kalem satu ini. Dialah Nailul Hasan, peraih medali emas ON MIPA-PT
2010 yang diselenggarakan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI)
April lalu. Nailul, begitu mahasiswa jurusan fisika ini disapa, dengan
bangga menunjukkan hasil jirih payahnya dengan mengalungkan gordon
bergantungkan piringan emas yang tebal.
"Sejak awal memang ingin mengikuti olimpiade semacam ini," tutur mahasiswa
yang suka tantangan ini. Tahun lalu Nailul pun ikut dalam laga keilmuan
serupa, ON MIPA-PT 2009, dan harus puas sampai posisi kedelapan Nasional.
Karena kecintaannya pada Fisika, akhirnya mahasiswa asal Madura ini
memutuskan mengikuti lagi tahun ini. Mujur, setelah tahun lalu posisi
kedelapan Nasional, kali ini ia justru menjadi jawara nasional.
ON MIPA-PT 2010 ini mengharuskan pesertanya menempuh perjalanan yang
panjang. Dari seleksi tingkat institut, regional, baru babak empat puluh
besar yang nantinya menjalani proses menuju dua puluh peserta peraih
medali. Melalui seleksi regional, ITS memberangkatkan tujuh civitasnya ke
Unair untuk mengikuti tahap ke-2. Termasuk Nailul, yang dalam seleksi
regional tersebut menduduki posisi pertama se-Jatim dan peringkat kedua nilai
tertinggi se-Indonesia setelah mahasiswa ITB.
Dengan menggunakan keteta bisnis jurusan Jakara, Nailul dan kawan-kawan
harus rela berdesakan dengan penumpang lain demi mengikuti olimpiade
tersebut. "Kami ternyata mis komunikasi, karena dana akomodasi dari DIKTI
yang kami kira tiket ekonomi kereta, ternyata tiket ekonomi pesawat,"
kenangnya sambil tersenyum.
Empat sesi tes pun dilalui Nailul selama di Jakarta. Uniknya, pria yang
lupa tahun kelahirannya ini mengaku, soal olimpiade yang berhasil ia
kerjakan hanya lima puluh persen saja. "Tingkat kesulitan soalnya menengah
ke atas," akunya. Bahkan ada beberapa soal yang sama sekali luput dari
prediksinya. "Pikir saya, lebih baik mengerjakan sedikit tapi benar,
daripada banyak tapi juga banyak salah," kilah Nailul.
Tidak ngoyoh. Itulah senjata yang digunakan mahasiswa penerima beasiswa
prestasi ITS dalam menghadapi ganasnya soal Fisika. "Yang penting sudah
ada persiapan dan bekal belajar yang cukup," tutur Nailul memberi saran.
Menurutnya lebih baik fokus pada soal yang dianggap paling mudah dan
dikerjakan sampai selesai. "Kalau rejeki takkan lari kemana," imbuh
mahasiswa ini santai.
Medali Emas, Fisikawan kelas Dunia, dan Nobel Fisika 2030
Malam penganugrahan menjadi momen paling berkesan bagi Nailul. Ia optimis bakal
menjadi salah satu penerima medali. "Ya paling tidak dapat perunggu,"
tuturnya percaya diri. Namun ia sempat kecewa saat namanya sama sekali
tak tersebut pada peraih medali perunggu dan perak bahkan sampai
penganugrahan medali emas ketiga.
Dan akhirnya nama Nailul pun terpanggil dalam penganugrahan medali emas
kedua. Dengan kedua tangan terkepal di dada, Nailul berlari kecil menuju
panggung dengan mulut tak berhenti mengucap syukur. Saking senangnya,
Nailul menjabat tiga peraih medali emas lain di panggung. Dan sampai jatuh
ketika berbagi peluk dengan peraih emas pertama, mahasiswa ITB. "Sudah
tak sempat merasa malu lagi saking senangnya," akunya.
Wakil Mendiknas, Fasli Jalal mengalungkan gordon bertahtakan emas pada
Nailul. Juga uang pembinaan senilai enam juta rupiah. Lebih lanjut putra
pasangan Masyhudi Hamzah dan Hoiryah menklaim bahwa kemenangan ini adalah
kemenangan terbaiknya. Setelah menjadi jawara kedua dalam OSTN-Jogja yang
juga bertaraf nasional, dan juara satu OSN PTI 2009 se-Jatim.
Nailul berharap ini menjadi awal langkah meraih cita-citanya.
Meneruskan studi ke MIT (Maschichusets Institute of Technology) Amerika
adalah salah satunya. Dan untuk itu mahasiswa yang nilainya tak jauh-jauh
dari huruf A ini sempat berbagi kalimat doanya. "Semoga harapan itu bisa
didengar ITS ataupun DIKTI dan saya bisa dapat beasiswa untuk belajar
disana," ungkapnya.
Kedepannya, Nailul pun mengimpikan mendapatkan penghargaan nobel fisika
ditahun 2030 untuk Indonesia . "Alhamdulillah, grafik prestasi saya selama
ini linier bergradien positif, InsyaAllah akan saya pertahnkan. Jangan
takut bermimpi," ujarnya yakin. "Yang penting usaha dan doa, Ini adalah
langkah kecil menuju Fisikawan kelas Dunia" sambungnya.
Khusus untuk adik-adiknya di jurusan Fisika MIPA, Nailul menyampaikan
sebuah pesan. "Tahun depan harus lebih banyak lagi, dan lebih banyak lagi
medali emas yang didapat untuk ITS ," ujarnya memberi motivasi.(fz)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi