ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
02 Mei 2010, 09:05

Touching, Sentuhan Seni Mahasiswa ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Touching adalah konser tunggal PSM ITS yang pertama dalam sepuluh tahun terakhir, semenjak ITS merayakan Dies Natalis yang ke-40. Di ruang konser yang gelap, para hadirin dibuat terpukau oleh penampilan para penyanyi yang berpakaian hitam dan oranye yang bermandikan cahaya di panggung. Fritz Bosar Simasungsong, dirijen malam itu, memimpin konser dengan sempurna. Bisa dikatakan bahwa hanya ada dua suara yang terdengar saat pertunjukan tersebut, nyanyian paduan suara dan tepuk tangan penonton.

Di bagian pertama, lagu Ibu Kita Kartini aransmen Irwanto Laman yang juga salah satu anggota PSM ITS membahana dengan penuh hayat. Setelahnya, penonton dibawa mendayu ke suasana romantis dengan lagu-lagu bernuansa dissona, Nachtwache I dan Nachtwache II.  

Dalam sebuah interval, hadirin disuguhi oleh video singkat mengenai masa latihan PSM ITS. Tawa segar mengalir riuh ketika menyaksikan pose-pose lucu para anggota paduan suara dalam slide powerpoint yang menyusul. Joy and sadness TOUCH our hearts as a gift to TOUCH you, thank you our beloved audience, feel the TOUCH, begitu bunyi tulisan yang terpampang selama peragaan visual tersebut.

Sebelum beralih ke lagu Water Night, Fritz bercerita sedikit mengenainya. "Pengarang Water Night, Eric Whitacre, sebenarnya lebih merupakan komposer untuk lagu-lagu di band, " ia mengawali. "Suatu hari ia melihat sosok seorang perempuan cantik yang hendak latihan paduan suara. Ia mengikuti perempuan tersebut, hingga ia sendiri ikut latihan – padahal saat itu ia tidak tahu sama sekali tentang paduan suara," tutur lelaki yang telah melakukan berbagai pertunjukan di mancanegara ini.

Fritz melanjutkan, bahwa Eric menjadi semakin dekat dengan perempuan tersebut, hingga suatu hari ia terinspirasi untuk membuat sebuah karya dalam bentuk paduan suara. Lahirlah Water Night. Perempuan yang ia ikuti selama itu akhirnya menjadi istrinya. Sebuah cerita yang sangat menyentuh para audiens.

Selanjutnya, penonton disentakkan oleh lagu Kasar Mie La Gaji, the earth is tired, bumi ini sedang lelah. Lagu tersebut diawali oleh para penyanyi bass, diikuti oleh para tenor, soprano dan alto yang saling bersahut-sahutan. Suasana gempa bumi di Chile yang menjadi inspirasi komposer lagu tersebut, Alberto Grau, benar-benar terasa di ruangan tersebut. Dilengkapi dengan tepukan tangan dan hentakan kaki, nyanyian tersebut akhirnya berakhir dengan sebuah teriakan lantang, "Kasar!" dan babak pertama pun berakhir.

Babak kedua menghadirkan para anggota PSM ITS dalam kostum tradisional berbagai negara di dunia. Lagu-lagu yang disuguhkan pun bernuansa lebih global.

Rosas Pandan, sebuah lagu dari Filipina membawakan kisah seorang gadis yang datang dari pegunungan untuk berpesta dansa. Jubiabá menggambarkan kehidupan unik masyarakat Negro dengan irama yang menghentak-hentak.

Alam liar di hutan dibawakan dengan menawan lewat lagu The Lion Sleeps Tonight, dari salah satu pementasan Disney yang sangat terkenal, Lion King. Tidak hanya nyanyian, owimoweh…weee….owimoweh… namun juga sahutan binatang liar mewarnai lagu ini, hingga akhirnya lagu tersebut berhenti dengan gambaran margasatwa yang tertidur karena kelelahan bernyanyi dan menari.

Lagu berbahasa Madura,  Lajengan, merupakan lagu terakhir yang dibawakan oleh PSM ITS. Irama lagu dan piano, dipadu dengan koreografi yang lincah, serta permainan cahaya mengiringi penonton dalam suasana permainan layangan yang seru dan menyenangkan. Andai saat itu bukan sebuah konser yang formal, mungkin para hadirin akan sudah menari-nari bersama para anggota paduan suara.

Namun PSM ITS bukan satu-satunya performer dalam acara Touching. Konser ini juga menghadirkan dua kelompok paduan suara lainnya, yaitu Gita Smala Youth Choir dari SMA Negeri 5 Surabaya dan Sixer’s Voice dari SMA 6 Surabaya . Mereka mengisi dalam interval antar sesi dalam bagian konser, juga antara kedua bagian konser.

Salah satu pertunujkan yang menarik diberikan oleh Sixer’s Voice dalam lantunan Blue Moon yang akan mengingatkan kita pada masa-masa pertunjukan broadway. Diikuti oleh Bohemian Rhapsody dengan koreografi yang memukau hingga beberapa penonton bertepuk tangan sebelum lagu benar-benar berakhir.

Di akhir acara, ketiga kelompok paduan suara tersebut akhirnya bersatu untuk memberikan pertunjukan terakhir, The Cat Came Back. Penghargaan berupa bouquet bunga diberikan kepada beberapa pihak malam itu, pemrakarsa PSM ITS Drs Kresnayana Yahya, MSE, dirijen Fritz Bosar S, pianis Ramadhika Agustianto, para pemimpin paduan suara, desainer dan pencipta branding Guguh Sujatmiko serta ketua PSM ITS Angger Pungkas Caesario. Tepuk tangan meriah tak henti-hentinya menggema di ruangan tersebut.  (lis/fn)

Berita Terkait