ITS News

Selasa, 16 Desember 2025
30 April 2010, 11:04

Hadirkan Budaya Nusantara di PES PIMITS 13

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebuah fakta yang mengungkap bahwa remaja Indonesia sudah tergilas budaya modern, kini patah sudah. Lihat saja, selama PIMITS13, lebih dari 70 mahasiswa tertarik untuk belajar membatik. Bahkan, hingga malam tiba para peminat pelatihan membatik gratis ini tak kunjung berkurang.

Agustina, salah satu pemilik batik dengan motif mangrove yang turut hadir berbagi ilmu membatik mengungkap kegembiraannya. “Saya benar-benar tidak menyangka. Melihat kondisi saat ini, saya fikir tidak ada remaja yang tertarik,” ungkap pemilik batik pertama di Surabaya, tepatnya Wonorejo. Antusias pengunjung PIMITS13 yang sebagian besar terdiri dari remaja bertandang ke stan PES bukan hal fiktif. “Kain yang kami sediakan sampai habis. Padahal masih banyak yang berdatangan ingin belajar membatik,” terangnya.

Tak sekedar suguhan pelatihan membatik gratis, stan PES yang bertemakan save our future, mempertunjukkan beberapa permainan tradisional. Diantaranya, dakon dan bekel. “Kedua permainan tersebut (dakon dan bekel, red) adalah permainan anak-anak yang paling diingat,” ujar Taufan Andrian P, salah satu panitia khusus stan tersebut.

Bagaimana denga permainan tradisional yang mulai punah? Panitia pun menunjukkan permainan cuthik bithing, sebuah permainan yang mengandalkan potongan kayu kecil. “Permainan ini biasa dimainkan di daerah pelosok. Sekarang ya sulit ditemui lagi,” tutur mahasiswa Teknik Sipil 2009 itu sambil menunjukkan potongan kayu-kayunya.

Jenis permainan lain yang tidak kalah menarik adalah kekean dan ketapel. Sekedar informasi, kekean merupakan permainan sejenis gasing yang terbuat dari kayu dan ukurannya besar. Sedangkan, ketapel adalah permainan dengan kekuatan elastis karet dan kayu. “Permainan ini sudah tergantikan. Mungkin yang masih menggunakan ketapel Cuma anak-anak  desa yang memiliki keterbatasan membeli senapan mainan,” papar Taufan.

Selain itu, stan PES digandrungi karena memberi suasana yang berbeda. Dengan tempat lesehan, pengunjung diharapkan nyaman dalam menjalankan aktifitasnya di ruangan tersebut. Terbukti, ada saja pengunjung yang mengerjakan tugas kuliah di stan PES. Tak hanya itu, beraneka batik dan wayang pun terpajang manis. “Semua ini memang kami khususkan agar pengunjung kembali melestarikan budaya Indonesia,” lanjut Taufan.

Adalah Intan Qurnia Hanifah, mahasiswa PENS mengungkap hal yang ia dapat dari stan tersebut. “Disini nyaman, kita bisa belajar banyak hal terutama mengingat masa dulu,” ungkapnya sambil memainkan dakon. (esy/yud)

Berita Terkait