ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
23 April 2010, 11:04

Forum Tahu Campur, Sarana Diskusi Akademisi ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Acara yang dikemas semi formal ini dimulai dengan makan tahu campur bareng. Diiringi alunan musik yang dimainkan oleh peserta forum tersebut. Nama Tahu Campur sendiri diambil dari kata Tahu yang maknanya pengetahuan dan Campur yang berarti bercampurnya atau saling membagi pengetahuan.

Forum ini merupakan sarana bagi para peneliti, pakar ataupun sivitas ITS untuk mendiskusikan dan sharing mengenai perkembangan teknologi dari beragam tema. Untuk pertemuan pertama kali ini diambil tema mengenai teknologi pertahanan, menghadirkan pakar dan peneliti dari ITS yang sudah menghasilkan beberapa karya mengenai teknologi pertahanan.

Sebagai pembicara Dr Subchan dari Jurusan Matematika merupakan peneliti yang telah mendapatkan penghargaan dari menteri pertahanan Inggris atas penelitiannya mengenai Unman Vehicle. Selain itu Dr Ir Wisnu Wardhana Se MSc, dari Jurusan Teknik Kelautan merupakan pakar kapal selam yang dimiliki ITS. Terakhir Ir Suhadi Lili merupakan peneliti yang telah membuat War game bernama Soyus yang telah dimanfaatkan oleh TNI Angkatan Udara (AU).

Subchan memaparkan mengenai teknologi peperangan kedepan dirancang untuk meminimalisir jatuhnya korban dari pihak tentara, yaitu memanfaatkan pengintai dengan kendaraan tanpa awak. Luas wilayah Indonesia yang sebagain besar lautan sangat rentan terhadap penyusupan, apalagi dengan jumlah armada yang terbatas dan telah dimakan usia.

Meskipun demikian, menurut Subchan kita harus optimis perbaikan kedepan akan terus dilakukan ditengah terbatasnya anggaran untuk pertahan. "Bagaimana dengan idealisme kita bisa merealisasikan hal itu," jelasnya.

Wisnu menggambarkan bagaimana proses pembuatan kapal selam, menurutnya desain kapal selam sangat sensitif, karena berkaitan dengan misi operasi, daerah dimana kapal selam itu beroperasi dan juga kemampuan persenjataan yang dibutuhkan.

Kapal selam yang dimiliki oleh Indonesia merupakan buatan luar negeri, menurut Wisnu itu tidak efektif untuk beroperasi di wilayah perairan Indonesia. "Kalo beli dari luar, itu tidak dirancang secara spesifik untuk kebutuhan kita, maka akan terjadi inefisiensi dari pengoperasiannya," jelasnya.

Sementara dari FTIF, Suhadi Lili memberikan simulasi mengenai peperangan udara melalui game. Game itu dibuat untuk memberikan gambaran bagi para perwira dalam mengatur strategi peperangan. Game ini juga dilengkapi berbagai data spesifik untuk memberikan gambaran yang hampir nyata dengan kondisi pertempuran. Kesulitan dalam pembuatan game ini adalah mencari data, data geografis, data spesifikasi kendaraan dan persenjataan. "Kita harus sampai mencuri dari game komersial yang ada," jelas Suhadi.

Talkshow ini juga menghadirkan peneliti berbakat yang masih berusia muda, Miftah Yama Fauzan. Miftah yang masih duduk di bangku SMA berhasil mendapat emas dalam International Conference Young Scientes (ICYS) ke 17 di Bali, 12-17 April 2010.

Penelitian bertema Development of Smart Electric Gun With Adaptif Bullet Speed menghantarkan Miftah mendapatkan Emas. Dalam Talkshow ini Miftah memperagakan senjata hasil buatannya dengan pelontar tanpa mesiu atau memakai gaya elektromagnetik. "Pelontarnya tidak memakai mesiu jadi tidak menimbulkan polusi," jelas anak M Ashari Ketua Jurusan Teknik Elektro.

Miftah mengaku terinspirasi untuk membuat senjata elektrik karena sering melihat berita mengenai banyaknya peralatan TNI yang sudah tua. "Waktu kelas 3 SMP banyak berita tentang pesawat TNI yang jatuh disebabkan sudah tua. Saya ingin mengembangkan senjata yang murah biar anggarannya bisa menambah biaya untuk perawatan kendaraan TNI," ujar siswa SMA 1 Sidoarjo tersebut. (ims/fn)

Berita Terkait