Hanya mengetahui teori tanpa mengaplikasikan secara langsung bisa dikatakan sia-sia. Bagi masyarakat yang awam tentang seluk-beluk bahan bakar alternatif, simulasi ini menjadi ajang pembaharuan sudut pandang terhadap bahan bakar lain. Dengan kondisi ekonomi yang kurang mencukupi, kayu bakar memang menjadi favorit mereka untuk memasak.
Setelah menerima materi workshop pemanfaatan enceng gondok sebagai bahan bakar alternatif, peserta workshop pun dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari lima orang. Panitia pun memberikan sebuah timba yang berisi potongan kecil enceng gondok yang telah kering, segelas aqua kanji, dan segelas aqua pula air untuk masing-masing kelompok.
Masyarakat langsung semangat segera mencoba mempraktikan materi workshop. “Enceng gondok dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan selama tiga hari. Hasilnya seperti di dalam timba. Tuang kanji dan air sedikit-sedikit. Diaduk seperti adonan. Kemudian dikepalkan membentuk bulatan seperti pentol,†jelas Nur Hamidah, ketua panitia dengan panjang lebar.
Secara spontan, masyarakat mengikuti instruksi yang telah disampaikan Mida setelah pemberian penjelasan oleh panitia pendamping dalam bahasa Jawa halus. “Kurang kencang kepalanmu dan jangan besar-besar,†celoteh Muti’ah yang mampu membuat bulatan kecil dengan cepat. Tak salah jika kelompok ini mampu menyelesaikan pembuatan bulatan dan mengeringkan bulatan tersebut lebih dahulu.
Selanjutnya, peserta pun diperlihatkan bentuk bulatan yang selesai dikeringkan dan dibakar. Muhammad Fauzi, salah satu panitia lagsung mempraktekkan penggunaan kompor dan briket enceng gondok. “Kita celupkan bulatan enceng gondok ke dalam gas. Lalu kita masukkan empat bulatan ke dalam kompor,†jelas Fauzi sambil menyalakan api. Tak pelak, peserta langsung mundur dari tempat berdirinya semula. Pasalnya, api yang dihasilkan cukup besar.
“Awas meledak,†teriak Sujud tiba-tiba yang mengundak gelak tawa peserta lain. Kakek berumur 70 tahun ini memang terlihat paling semangat memahami penggunaan enceng gondok. Bahkan, ia pun terlihat menghafal langkah pembuatannya. Tak berapa lama, Fauzi mencoba menggoreng telur menggunakan kompor briket tersebut. Sujud tampak heboh kembali. “Awas gosong,†serunya lagi. Panitia dan peserta pun tergelak lagi.
Masbukin, ketua penggerak PKK sekaligus istri lurah desa tersebut merngungkap adanya kompor ini dapat mengatasi masalah penggunaan elpiji. “Kebanyakan orang tua disini tidak berani menggubnakan elpiji. Mereka bisa menggunakan enceng gondok yang banyak di sungai,†ucapnya. (esy/yud)
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh