Saat ini, energi alternatif memang dibutuhkan bangsa Indonesia. Khususnya, pemanfaatan energi alternatif yang didukung potensi lokal suatu daerah. Salah satunya adalah Desa Tanjek Wagir yang memiliki jumlah enceng gondok cukup besar. Namun kebanyakan masyarakat tersebut masih belum tahu detail fungsi tanaman enceng gondok. Meski beberapa sudah memanfaatkannya untuk makanan ternak ataupun dimasak.
“Mahasiswa ITS sudah banyak menghasilkan produk. Briket Egon (Enceng Gondok) salah satunya,†ujar Drs Yoyok Cahyono MSi, mantan anggota Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) mengawali workshop singkat ini. Mayoritas masyarakat sekitar termangu dengan penjelasan awal Yoyok. Pasalnya, masyarakat tidak begitu paham bahasa Indonesia. Sedangkan Yoyok sendiri belum mahir bahasa Jawa halus.
Menurut Yoyok, bahan bakar alternatif bisa dibuat dari berbagai macam bahan alami. Misalnya, daun tebu, sekam, ampas tebu, blotong, kotoran sapi, dan enceng gondok. “Selain menggunakan enceng gondok, blotong juga potensi bahan bakar alternatif desa ini. Jadi nanti kalau musim pabrik gula berproduksi, Ibu dan Bapak bisa memanfaatkannya,†papar Yoyok.
Melihat kondisi saat ini, Yoyok mengungkap enceng gondok sangat berpotensi untuk menjadi bisnis baru. Ia pun memaparkan alasan penggunaan energi alternatif. “Anda kan menggunakan kayu bakar untuk memasak. Lama-kelamaan, kayu itu bisa habis,†ujarnya. Tak lupa, Yoyok memperlihatkan perbandingan penggunaan bahan bakar lain dengan enceng gondok. “Dari tabel ini jelas tampak kalau bahan bakar dari enceng gondok itu lebih murah,†lanjutnya.
Persiapan pembuatan briket pun tak luput dalam penjelasan. Gambar tahapan-tahapan pembuatan diperlihatkan secara langsung kepada warga. Menanggapi pernyataan Yoyok, masyarakat terlihat antusias dengan produk baru ini. Terbukti beberapa peserta workshop yang secara umum terdiri dari masyarakat lanjut usia, aktif sharing pada panitia. “Saya pernah menggunakan sekam untuk bahan bakar. Ternyata enceng gondok di belakang rumah saya juga bisa dimanfaatkan,†ujar Muti’ah dengan bahasa Jawa yang kental.
Di akhir acara, Yoyok dan Jaka Abdillah, Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia mendapat kehormatan menyerahkan kenang-kenangan manis untuk desa tersebut. “Mohon anda semua yakin bahwa apa yang kami sosialisasikan ini benar-benar menguntungkan,†ungkap Yoyok mengakhiri penjelasannya.(esy/bah)
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh