GeMasTIK 3 yang akan dilaksanakan sekitar bulan Oktober nanti diharapkan dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa ITS. "Persaingan bidang TIK di Indonesia ini amat ketat," menurut ketua penyelenggara, Ir Muchammad Husni, MKom. "GeMasTIK bisa memacu semangat untuk belajar dan berkiprah lebih luas lagi," tambahnya.Menurut dosen Teknik Informatika tersebut, geMasTIK mempunyai tiga manfaat besar bagi para mahasiswa ITS. Pertama adalah mendorong dan membangkitkan kreativitas bidang TIK serta memperluas kerjasama antar mahasiswa.GeMasTIK juga dapat membuka cakrawala yang lebih luas kepada mahasiswa.
Untuk itu, ITS telah membentuk kepanitiaan yang terdiri dari koordinator lomba, koordinator teknis dan koordinator non-teknis. Kepanitiaan tersebut terdiri dari dosen, karyawan serta mahasiswa ITS sendiri yang bekerja sama dengan panitia dari DIKTI. Kalangan dosen akan mengepalai setiap lomba, sedangkan kepanitiaan utama yang dipegang oleh mahasiswa sendiri akan berada di bawah anggota BEM FTIF. Perekrutan mahasiswa yang tertarik menjadi bagian kepanitiaan License Officer (LO) terbuka melalui milis dan jejaring sosial Facebook.
Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi seorang LO, tetapi mahasiswa yang mempunyai latar belakang Teknik Informasi dan Komunikasi (TIK) akan diutamakan untuk menjadi tim teknis dalam setiap perlombaan. "Selain itu, ada persyaratan bahwa panitia perlombaan tidak dapat menjadi kompetitor lomba geMasTIK," kata Glend Maiata dari seksi Publikasi dan Dokumentasi geMasTIK.
Selain perekrutan, ITS telah membangun website yang memuat informasi dan pendaftaran serta panduan lomba bagi para mahasiswa. Infrastruktur jaringan yang memadai bagi kompetisi besar tersebut juga tengah dipersiapkan.
Untuk publikasi, tim geMasTIK dari ITS melakukan sosialisasi ke berbagai media massa, perguruan tinggi lain dan tentunya kepada kalangan mahasiswanya sendiri. Sosialisasi Motivasi dan Informasi geMasTIK yang diadakan Selasa (6/4) lalu di Aula Teknik Informatika bertujuan untuk mengenalkan dan mengajak mahasiswa untuk ikut serta dalam geMasTIK.
Mengenai kesiapan mahasiswa ITS dalam menghadapi geMasTIK, Husni mengatakan bahwa secara kuantitas mahasiswa ITS sebenarnya sejajar dengan perguruan tinggi lain, seperti UI dan ITB. Sedangkan menurut pendapat Tri Adhi Wijaya yang mengikuti lomba geMasTIK tahun lalu, mahasiswa ITS mempunyai ide-ide yang tidak kalah kreatifnya dengan perguruan tinggi lain. Sayangnya, mahasiswa ITS tergolong kurang pandai berkomunikasi, bahkan ketika mempresentasikan produknya sendiri. "Mungkin perlu ada sebuah mata kuliah wajib untuk membantu mahasiswa ITS mengembangkan soft skill mereka dalam berbicara di depan umum," ungkap Tri yang didampingi rekannya Anugrah Nahari.
Tri Adhi Wijaya bersama timnya, E-Class, memenangkan Lomba Aplikasi pada acara geMasTIK tahun 2009 di IT Telkom. Ia bersama Anugrah Nahari, Eka Mustofa dan Maria Ulfa adalah mahasiswa Teknik Informatika lintas jalur tahun 2008. Mereka menciptakan sebuah software bertajuk Typing Tutor for Blind People.
Tim tersebut adalah satu-satunya pemenang medali emas dari ITS. Tri dan Anugrah melihat secara langsung beberapa problema yang dialami oleh peserta dari ITS. Mereka membahasnya dalam acara sosialisasi geMasTIK, selain itu juga memberikan tips dan trik mengenai presentasi.
Di samping presentasi yang kurang maksimal, mahasiswa ITS juga kurang menunjukkan kekompakan. Tri membandingkannya dengan tim dari perguruan tinggi lain.
"Tim dari ITB berjumlah lebih sedikit dari ITS. Tetapi, ketika salah satu timnya maju berlomba, seluruh mahasiswa institusi tersebut ikut menyemangati," cerita mahasiswa yang semula kuliah di Universitas Brawijaya ini.
Lain halnya dengan tim dari ITS, yang jumlahnya lebih banyak, tetapi jarang menyemangati rekan-rekannya. Ketika E-Class menang pun, tim lain dari ITS tidak memberikan tanggapan yang bagus. "Mungkin karena tahu bahwa yang menang adalah anak lintas jalur," kata Tri, menegaskan salah satu persoalan kekompakan mahasiswa ITS.
Bimbingan bagi para mahasiswa ITS yang ikut serta dalam geMasTIK juga dinilai sangat kurang. Tahun lalu, mereka hampir tidak pernah mendapatkan bimbingan langsung dari dosen. Satu-satunya bimbingan dari dosen yang mereka dapatkan adalah pada saat sebelum mereka maju ke babak final, itupun hanya mengenai tata cara presentasi, bukan tentang produk mereka. Bahkan konfirmasi keberangkatan mereka, termasuk pemberian tiket dan uang saku baru dilaksanakan tiga hari sebelum keberangkatan.
Selain itu, apresiasi terhadap para pemenang geMasTIK dirasa kurang. Padahal, kompetisi tersebut diadakan di tingkat nasional dan perjuangan yang dialami mahasiswa untuk menang cukup berat, bersaing dengan tim dari perguruan tinggi lainnya. "Pemenangnya saja baru diwawancarai satu tahun setelah menang," ujarnya serius.
Sisi infrastruktur perlombaan juga perlu diperhatikan. "Tahun lalu, IT Telkom membuka sebuah gedung baru khusus untuk acara geMasTIK. Padahal (gedung itu, Red) belum waktunya dibuka," tutur Anugrah. Ia berharap saat geMasTIK nanti ITS dapat menyediakan layanan yang tidak kalah bagusnya.
Secara umum, dua mahasiswa yang sedang menjalani Tugas Akhir (TA) ini berharap perhatian serius akan diberikan terhadap para peserta, terutama dari seluruh mahasiswa ITS. Mereka menekankan hal tersebut karena selama ini mereka sering merasa bahwa mahasiswa lintas jalur ‘dianaktirikan’ oleh beberapa pihak ITS, bahkan oleh rekan mahasiswa sendiri. (lis/tyz)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memberikan apresiasi atas kontribusi organisasi mahasiswa (ormawa) di ITS
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berkomitmen mendorong inovasi mahasiswa. Melalui pameran bertajuk Innovatech
Kampus ITS, ITS News — Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak hentinya mendulang prestasi gemilang. Kali ini, melalui inovasi
Kampus ITS, ITS News — Sebagai wujud kontribusi nyata dalam pengembangan energi terbarukan di sektor pertanian, tim dari Laboratorium