ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
10 Maret 2010, 13:03

Lulus Cumlaude, Tekad Jadi Pemimpin

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Meski sebagai mahasiswa sipil, saya ingin mempunyai keahlian di bidang energi, tapi juga berkaitan dengan struktur," ia menjelaskan mengenai prospek kerjanya tersebut.
 
Irawan sudah tertarik dengan masalah energi sejak tahun 2008. "Saat itu saya mulai melirik green energy, tapi tidak tahu benar apa artinya," ia mengenang. Irawan berpendapat bahwa untuk mengetahuinya, ia harus mengenal terlebih dahulu tentang energi itu sendiri.
 
Ia mulai belajar banyak tentang energi, terutama tentang minyak. Ia juga banyak belajar dari anak-anak Teknik Kelautan yang meneliti masalah minyak. Hasil belajarnya berbuah sebuah karya tugas akhir yang belum pernah diteliti sebelumnya di ITS, sebuah bangunan offshore (lepas pantai) dengan struktur jacket.
 
Tahun 2008 itu memang menjadi tahun yang sangat produktif bagi Irawan. Selain menjabat sebagai Kahima Teknik Sipil, ia juga menjadi ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Indonesia se-Jawa Timur. Tak hanya itu saja, ia juga termasuk salah satu angkatan ke-empat di salah satu beasiswa.
 
Pengalaman tersebut sangat berkesan baginya. "Ketika menjalani program beasiswa, paradigma saya dibuka dengan pelatihan-pelatihan, bertemu tokoh-tokoh nasional, bertemu orang-orang dari universitas lain, dan yang paling penting adalah materi Life Plan, " ia bercerita.
 
Ternyata materi Life Plan tersebutlah yang ia terapkan demi mencapai cumlaude. "Sebenarnya sulit sekali untuk lulus cumlaude," akunya. Tapi, berbekal dengan ilmu mengenai Life Plan tersebut, ia dapat memantapkan niat untuk lulus dalam jangka 3,5 tahun.
 
Lelaki kelahiran tahun 1987 ini mengatur strategi untuk menjaga tingkat IP-nya, dan agar kuliahnya tidak anjlok. Ia berusaha mengerti penuh materi-materi kuliahnya. Di semester terakhirnya tersebut, ia pun sudah meninggalkan seabrek kegiatan organisasi yang dulu ditekuninya.

Irawan memang sangat tertarik pada politik dan kepemimpinan, terutama di Indonesia. Ia menyayangkan pimpinan-pimpinan bangsa yang menyalahgunakan kewenangan mereka. "Pemimpin itu ibaratnya kepala," ungkap Irawan. "Kepala bangun paling awal, dan tidur paling akhir. Pemimpinlah seharusnya yang paling sengsara dan paling banyak berkorban," tegasnya.
 
Ia juga menegaskan bahwa ITS sebagai lembaga pendidikan harus membenahi diri dalam mencetak kader bangsa. Para mahasiswa ITS harus sadar bahwa mereka adalah calon penerus bangsa, entah dalam bidang teknologi, komitmen, survival, maupun strategi.
 
Karena inilah, Siswa terbaik SMA Negeri 2 Madiun ini  juga mulai merencanakan dunia birokrasi sebagai salah satu tujuan hidupnya. Sementara bekerja di KPC, ia berniat untuk tetap aktif dalam lembaga-lembaga sosial dan politik.
 
Banyaknya prestasi dan pengetahuan yang dimilikinya tidak membuat Irawan tinggi hati. "Selama saya masih bisa ngomong, selama saya masih bernafas, saya akan memberi semua yang saya ketahui pada orang lain. Niat saya tulus lillahi ta\’ala," Irawan mengakhiri. (lis/nrf)

Berita Terkait