Di wisuda yang ke-100  ITS ini, mahasiswa kelahiran Pangkal Pinang, 20 tahun lalu ini menjadi salah satu wisudawan Cumlaude yang berasal dari Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.54.

Selain itu, anak pertama dari pasangan Hasan Basri dan Muryati ini, juga pernah menjadi satu dari 14 mahasiswa di Indonesia yang mengikuti program pertukaran pelajar di University of Arkhansas, Fayetteville, Amerika Serikat. “Saat itu, saya menjadi satu–satunya mahasiswa ITS yang terpilih,” ungkapnya bangga.

Awalnya, mahasiswa angkatan 2005 ini mendapat informasi dari kakak kelas yang dulu pernah mengikuti beasiswa dari The Indonesian International Education Foundation (IIEF). Ia pun lantas tertarik untuk mencobanya. Melalui serangkaian tes administrasi dan wawancara, Dedy akhirnya berhak menerima beasiswa langsung dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Dari kunjungannya ke Negeri Paman Sam, Dedy mengaku mendapat banyak manfaat. “Di sana kami dapat belajar Bahasa Inggris dengan mudah, dan membawa misi budaya untuk memperkenalkan budaya Indonesia,” lanjut anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Fisika ini.

Mahasiswa yang selalu aktif dalam milis beasiswa luar negeri ini, juga menuturkan bahwa kemempuan Bahasa Inggris menjadi kunci utama dalam keberhasilannya. “Tidak bisa dipungkiri, kemampuan berbicara dan berbahasa menjadi modal lebih bagi kita untuk menghadapi kompetisi, hal inilah yang kurang dimiliki mahasiswa ITS,” jelas mahasiswa yang selalu mengasah softskill dengan berorganisasi ini.

Saat melancong ke Amerika selama sembilan minggu, mahasiswa yang sangat mengidolakan dosen pembimbing TA nya, Dr Rer Nat Aulia Nasution MSc ini menjelaskan bahwa ia mengambil cuti selama 1 semester. “Saya tak ragu untuk menunda kelulusan saya, karena kita punya dua pilihan, yaitu lulus cepat atau lulus di saat yang tepat,” jelas Dedy yang setelah ini ingin melanjutkan studi ke luar negeri ini. (kl/yud)