Arya Brima Nuansa, Erieta Yustiana dan Mohammad Dhanar SRF adalah penulis proposal PKM-GT berjudul MraC (Mangrove RhizophoraChitecture) Sebagai Biomaterial Alternatif Masa Depan. Ketiga orang ini sebelumnya telah meneliti sendiri mengenai MRaC dalam PKM-Penelitian (PKM-P) tahun 2009. Mereka berhasil lolos ke tingkat PIMNAS.
Saat itu mereka bersama dua orang rekan lagi, Nurul Andini dan Ridho Prawiro, menggagas untuk pertama kalinya hunian dari lahan mangrove. Ridho, mahasiswa Arsitektur angkatan 2006 yang sekarang sedang magang di Jakarta, adalah sang pencetus ide.
“Awalnya saya tidak percaya,†Brima mengakui. Sebenarnya tak satupun dari mereka percaya bahwa mangrove dapat dijadikan sebuah tempat tinggal. Namun setelah Ridho menjelaskan lebih lanjut tahapan-tahapan untuk merealisasikan ide besar tersebut, mereka mulai tertarik.
“Sekarang ini banyak lahan mangrove yang ditebangi,†kata Erieta. Hal ini seperti yang terjadi pada kasus reklamasi pantai di Ciputra. Akibatnya seperti tsunami di Bantul, yang disebabkan oleh tidak adanya mangrove di pantai. Karena itu ia tertarik untuk ikut PKMP dengan Ridho.
Ketiga mahasiswa ini sama-sama aktif dalam menulis, juga dalam berorganisasi. Brima adalah siswa terbaik SMA Negeri 2 Madiun dan Kahima Arsitektur 2008. Dhanar pernah meraih empat besar dalam sebuah lomba karya tulis nasional dan Eta sempat aktif dalam bidang jurnalistik selama SMA, di BEM-ITS, juga di Legislatif Mahasiswa.
Tahapan awal dalam PKMP mereka tersebut adalah mengukur kekuatan mangrove Rhizophora apiculata. Terbukti, hasil penelitian mereka bahwa sebatang kekuatan tekan rata-rata mangrove (56,875 MPa) menyamai beton K600 (50 MPa), meskipun kekuatan tariknya masih lemah daripada baja konstruksi.
Mereka semakin yakin akan prospek terciptanya hunian mangrove. Apalagi ketika MRaC itu mereka presentasikan di Seminar Kebhinekaan Ruang Arsitektur Nusantara di ITS tahun lalu, mereka mendapat sambutan positif dari orang-orang Bantul yang ingin menerapkan hunian tersebut di daerah asal mereka.
Pada kesempatan lain, MRaC itu mereka presentasikan dalam International Conference on Green Architecture di ITS, juga tahun lalu, dalam bidang Green Material. Mereka mendapat tawaran untuk menjadikan MRaC sebagai proyek kota di Delta, Sidoarjo.
Penelitian itu dilanjutkan tahun ini, oleh Brima dan Eta bersama tiga mahasiswa Arsitektur lainnya, dalam PKMP berjudul Pengukuran Standar Ruang MRaC Berdasarkan Morfologi Rhizophora apiculata. Dalam karya ini mereka meneliti ruang di sela-sela akar mangrove yang dapat dimanfaatkan dalam sebuah hunian.
“Kami ingin memberikan wacana seluas-luasnya kepada masyarakat, bahwa dengan banyaknya penduduk sekarang dan berkurangnya lahan sangat berdampak pada masyarakat. Teknologi yang dibutuhkan saat ini bukan lagi teknologi konvensional seperti sekarang, tapi lebih mengarah pada bioteknologi, seperti MRaC ini,†kata Brima mengakhiri. (lis/nrf)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung