ITS News

Minggu, 21 Desember 2025
25 Februari 2010, 17:02

P3AI Cetak Dosen yang Menyenangkan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sejenak suasana  ruang pelatihan perpustakaan umum ITS lantai 6 ini sepi khidmat. Terlihat para dosen muda sedang mengoperasikan notebook masing-masing dengan penuh kesungguhan. Salah seorang trainer kemudian maju untuk presentasi tentang inovasi teknik pembelajaran.

Adalah Syamsul A, pelatih PEKERTI yang menyampaikan materi dengan gayanya yang serius tapi santai. Para peserta pun menyimak dengan keseriusan dan penuh rasa ingin tahu. Ruang yang awalnya tampak horor ini kemudian disulapnya menjadi tempat pembelajaran yang menyenangkan. Sesekali, gelak tawa para dosen muda ini pun menggema sampai pojok gedung Perpustakaan lantai 6.

“Sejak 2009, kurikulum kita sudah beralih menuju Student Center Learning (SCL). So, mahasiswa dituntut untuk aktif, sedangkan dosen sebagai pembimbingnya saja,” kata Syamsul. Ketua P3AI ini pun melanjutkan, karena yang dituntut aktif adalah mahasiswa, jadi dosen harus mengkondisikan suasana kelas sekondusif mungkin. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pembelajaran tetap menarik dan tidak membosankan.

Banyak materi yang ditawarkan dalam training ini. Diantaranya Peta Kompetensi dan Analisa Pembelajaran, GBPP (Rencana Pembelajaran), Kontrak Kuliah yang meyenangkan, cara penilaian hasil belajar serta pembelajaran orang dewasa yang kreatif dan inovatif. Tidak ketinggalan pula, praktiknya di sore harinya. “Selain materi, praktik mengajar yang menyenangkan juga menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki semua pengajar,” ujarnya.

Dr Kartika Nuswantara, salah satu peserta pelatihan, merasa mendapatkan banyak manfaat dengan mengikuti pelatihan singkat ini. menurut dosen ITS ini, pelatihan semacam ini wajib menjadi bekal para dosen muda. Bahkan, dia menambahkan, dosen senior pun seharusnya perlu dibekali secara berkelanjutan untuk mewujudkan sistem pembelajaran yang menyenangkan.

“Manfaat training ini banyak banget. Selain mengetahui metode pembelajaran yang mampu diterima mahasiswa, juga mendapatkan banyak info baru,” ungkapnya. Selain itu, lanjutnya, kita bisa meng-update dan meng-upgrade kompetensi dasar masing-masing.  Misalnya saja dengan melek IT, otomatis metode pengajaran dosen lebih mudah diterima mahasiswa era digital ini. “Bagaimana mampu mencetak mahasiswa yang hebat kalau pengajarnya saja tidak kompeten.”

Kartika pun kemudian menjelaskan manfaat konkrit akan pelatihan ini. “Sebelumnya, dosen tanpa pelatihan itu masuk kelas bagaikan nyemplung di Kolam Renang. Sudah basah kuyup, diketawain banyak orang, dan suasana pun tidak terkendalikan,” ujarnya.

Namun, lanjut dosen tahun persiapan bersama (TPB) bahasa Inggris ini, setelah pelatihan ini bagaikan mendapat pencerahan. Setiap masuk kelas, dosen harus mantap dan penuh perencanaan. “that’s the key,” cetusnya mantap.(niv/fn)

Berita Terkait