Jika Jumat (12/2), para peserta sibuk mengamati burung-burung liar di kawasan Bangkalan, Madura, kini mereka tampak asyik meneropong di antara pematang-pematang tambak Medokan Ayu. M Tufiq, salah satunya.
Mahasiswa asal Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram tersebut seolah tak kenal lelah. Ia bersama anggota timnya, Mujitahid dan Syahban baru mau istirahat saat sholat. Padahal mereka sudah mengamati burung-burung liar yang ditemui sejak pukul 07.00. “Kami memang suka mengamati burung. Tapi, baru kali ini mengamati burung air,†ujar Taufiq, ketua tim tersebut.
Menanggapi penyataan Taufiq, Mujitahid menambahkan bahwa mengamati burung-burung di tambak Medokan Ayu tak jauh berbeda dengan burung liar di Lombok. “Perbandingannya secara morfologis hampir sama. Tapi, kami agak kesulitan mengamati burung di wilyah barat,†ujar Muji yang memang terbiasa mengamati jenis burung di wilayah Indonesia Timur.
Meski baru pertama kali mengikuti kompetisi pengamatan burung air, mereka yang saat itu mengenakan kaos hijau senada termasuk tim yang ahli. Setidaknya, kerja keras mereka tak sia-sia. Hampir 15 burung mereka temui dan identifikasi. Baik identifikasi pergerakan, kebiasaan, morfologi maupun tempat hidup. “Ada 13 burung air yang kami temukan. Seperti Trinil, bangau, dan kuntil Cina. Burung perantauan nih,†seru Taufiq yang disambut tawa lainnya.
Ada seekor burung yang menjadi perhatian mereka. “Burung ini seperti kembaran merpati dan berada dalam sangkar berbentuk mangkok,†lanjut Tufiq. Sambil membuka notebook, ia menunjukkan sketsa gambar burung tersebut. Taufiq menyebutkan burung itu memiliki ciri paruh lebih panjang, dominan hitam, leher dan dada berwarna putih, dan ada warna hitam lagi menyerupai kalung dilehernya.
Ketika ditanya tentang burung liar Madura, mereka pun mengungkap jumlah jenis burung liar di Medokan Ayu lebih bervariasi. “Memang menemukan burung air iu lebih mudah di tempat bebas seperti disini (Medokan Ayu, red),†ujar Taufiq lagi yang lebih suka mengamati burung liar di hutan.
Seperti halnya tim Taufiq, tim lain yang berasal dari Universitas Gajah Mada juga baru pertama kali mengamati burung air. “Ciri spesies burung air itu hampir sama. Jadi semakin tertantang untuk memahami burung air,†ujar Nurina Indriyani, salah satu anggota tim yang tak lain adalah mahasiswa Biologi.
Dalam perlombaan ini pun terdapat beberapa penilaian. kriteria penilaian antara lain adalah sketsa, diskripsi sketsa, dan penamaan burung. â€Semakin detail peserta mendiskripsikan sketsanya, semakin tinggi poinnya. Poin tinggi juga berlaku jika spesies yang ditemukan adalah burung air,†jelas Yuwana Peksa, salah satu juri dari Yayasan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA). Ia pun berharap terjadi peningkatan penyadaran konservasi alam. (esy/yud)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung