Tugas akhir itu pun sebenarnya berasal dari sebuah proyek berhibah dari dosennya, yang meneliti dapur darurat bagi kawasan-kawasan yang terkena bencana. Arie tertarik dengan proyek tersebut.
Penelitian untuk tugas akhir itu dilakukannya di daerah Bojonegoro dan Yogyakarta, yang beberapa waktu kemarin dilanda bencana. Desain awalnya sebuah tenda darurat. Namun Arie tidak puas. Ia mengembangkan enam alternatif lain bagi desainnya, termasuk model kompaktor yang menjadi andalannya.
Desain awalnya sebuah kompaktor sepanjang 10 m yang berisi sebuah dapur, gudang, ruang logistik, dan ruang operator. Tetapi, karena ukurannya, desain kompaktor tersebut tidak akan dapat memasuki kawasan-kawasan kecil.
Arie pun melakukan berbagai eksplorasi bentuk dan konfigurasi. Ia memutuskan untuk tidak mengikutsertakan ruang logistik dan gudang dalam desainnya.
Akhirnya terbentuklah sebuah dapur bermodel kompaktor dengan panjang 5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 2,8 m. Dengan 6 kompor di dalamnya, Dapur Umum Bencana Dengan Konsep Kompaktor dimaksudkan untuk memfasilitasi hingga 500 orang. Selain itu sebuah ruang tidur dan tempat cuci (sink) disediakan bagi operatornya.
Dapur tersebut tak perlu sebuah penarik khusus. Cukup dinaikkan ke atas truk dan siap dibawa kemanapun. Dan ketika diturunkan, tak perlu bongkar pasang lagi. Siap pakai dan sangat praktis.
Model skala 1:10 yang ia ciptakan dipajang di pameran TA mahasiswa Despro awal Januari tahun ini. Dari situlah karyanya menjadi terkenal.
Sebelum mengerjakan tugas akhirnya, ia sempat melakukan kerja praktek di INKA Madiun. Selama itu, Arie melakukan beberapa proyek besar. Di antaranya adalah re-design kereta makan kelas eksekutif, dan juga driver’s desk masinis kereta. Desain driver’s desk itu telah diproduksi untuk KRDI (Kereta Rel Diesel Indonesia).
Lelaki lulusan SMAN 3 Madiun ini mengaku, sebelum kerja praktek tersebut, kemampuan 3D-nya tidak begitu hebat. Namun, hal itu meningkat drastis setelah hanya satu hingga dua bulan kerja praktek. Alhasil, setelah kerja praktek tersebut, dosen-dosen pembimbingnya yang menyadari kinerja Arie, mulai menawarkan kepadanya berbagai proyek.
Kerja Arie dikenal cepat dan bagus, ia memenejemen dengan baik tugas-tugas proyek tersebut. Bahkan ia terus mengerjakan berbagai proyek meski bersamaan dengan tugas akhirnya. Ia tidak ingin lulus tanpa pengalaman yang mendalam tentang bidang yang diminatinya.
Mungkin memang sebuah lompatan yang jauh dari model kereta api sehingga menjadi sebuah dapur kompaktor. Namun Arie tampak senang. "Sebelum lulus dari ITS saya ingin membantu meninggalkan nama di sini, di jurusan, bikin kenangan," ia menyimpulkan.
Awalnya ingin jadi dokter
Siapa sangka bahwa pada awalnya Arie tak berniat masuk ITS. Malah ia tidak pernah berpikir untuk kuliah di Surabaya. "Surabaya panas," kata mahasiswa asli Madiun ini.
Targetnya dahulu adalah Kedokteran di UGM atau FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB. Tapi kedua-duanya gagal diraihnya. Akhirnya, atas saran seorang guru, ia mengikuti tes masuk Despro, dan lolos.
Apa kesan pertamanya masuk Despro? "Hari-hari pertama, tidak tidur," kenangnya. Tetapi semangatnya untuk mendalami ilmu yang dipelajarinya tak kunjung surut. (lis/mtb)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung