ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
15 Januari 2010, 11:01

BEM ITS Share Pengalaman Dengan ITB

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sesampainya di ITB, sambutan hangat mengalir dari KM ITB atas kedatangan tim SC ITS. Seluruh anggota SC ITS kemudian dibawa menuju ruang BEM yang terlihat sederhana, namun dikelilingi oleh gedung-gedung kampus yang megah. “Selamat datang saudaraku di kota kembang. Hidup Mahasiswa!” tukas Ridwansah Yusuf Achmad, Presiden KM ITB.

Agak berbeda dengan SC di UNJ, pertemuan di ITB dibagi menjadi dua bagian. Untuk bagian eksternal adalah Departemen Hubungan Luar dan Kebijakan Publik dan lainnya masuk dalam internal. Dalam diskusi tersebut, banyak hal yang dapat diambil manfaatnya, diantaranya adalah suka duka BHP dan diskusi minat bakat.

Salah satu topik pembicaraan terhangat adalah tentang susah-senangnya status kampus yang sudah menjadi Badan Hukum Pendidikan (BHP). BHP sendiri menempatkan satuan pendidikan sebagai subjek hukum yang memiliki otonomi luas, akademik maupun non akademik, tanpa khawatir lagi dengan kooptasi birokrasi. “Sampai saat ini pun masih banyak pro dan kontra di kalangan KM ITB mengenai hal ini,” ungkap Ridwan.

Ridwan menyebutkan, beberapa sisi positif status BHP adalah fasilitas kampus yang jauh lebih baik. Hal ini disebabkan dana yang tersedia bisa langsung turun ke institut. Secara kuantitas juga jauh lebih besar. Selain itu, beasiswa untuk mahasiswa pun lebih banyak. “Karena dananya langsung turun dan langsung bisa cair kalau tidak ada penghambat diatasnya,” imbuhnya.

Ridwan menambahkan, sisi positifnya memang bisa dirasakan bersama. Namun, sisi negatifnya akan sangat terasa bagi mahasiswa yang ekonominya menengah ke bawah. “Overall, biaya belajar di kampus BHP memang tidaklah murah,” cetusnya.

“Karena biaya yang tidak sedikit itu, maka kami (KM ITB) mencetuskan program ITB Peduli bersama,” ungkap mahasiswa angkatan 2005 ini. Program tersebut adalah program beasiswa secara penuh bagi mahasiswa baru yang berprestasi. Beasiswa ini termasuk SPP, uang saku, tempat tinggal, bahkan kendaraan. Semua fasilitas tersebut bisa dinikmati sampai lulus kuliah. Program yang sudah terlaksana selama dua tahun ini banyak mendapat respon positif dari masyarakat.

Bidang seni budaya dan minat bakat juga tidak kalah pentingnya dalam bahasan diskusi. KM ITB periode 2009-2010 bahkan punya program kerja akbar. “Kami akan mengadakan semacam pekan ekspo yang menunjukkan khasanah budaya nusantara,” ungkap Ridwan. Mahasiswa yang heterogen memang syarat dengan kebudayaan. Dan KM ITB sangat jeli dalam melihat peluang tersebut. “Ekspo itu semacam Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang benar-benar mini lah.” tandasnya. (niv/nrf)

Berita Terkait