Pemilihan ini dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Satu badan resmi ITS yang menaungi penelitian seluruh dosen ITS. Tahun 2009 ini, LPPM memang membuat riset award sebagai penghargaan pada para sivitas yang tak berhenti meneliti.
Dan Arief Widjaja bukan terpilih secara kebetulan. Kiprah lulusan doktoral Jepang ini tak diragukan lagi kompetensinya. Semenjak lulus Sarjana dari Teknik Kimia ITS pada tahun 1990, Arief memang telah menemukan bidang ilmu yang benar-benar ia sukai. Bidang tersebut adalah bidang bioteknologi, khususnya bidang fermentasi dan teknologi enzim.
Bidang bioteknologi inilah yang juga membuatnya meraih gelar magister dan doktoral di Osaka Prefecture University Jepang. “Sejak lulus S1, saya benar-benar menyukai bidang bioteknologi. Menurut saya, menekuni bidang ilmu yang berkaitan dengan benda hidup lebih memiliki makna,†ujar pria kelahiran 23 Mei 1966 ini.
Dan kini, berkat konsistensinya pada bidang tersebut dosen yang kerap disapa AW ini mulai mendapatkan hasil. Beberapa karya penelitiannya sudah tercatat pada jurnal internasional. Dalam setahun ini saja, ia berhasil menulis tiga jurnal internasional, satu jurnal nasional dan 15 publikasi ilmiah lewat seminar nasional maupun internasional. Hal inilah yang membuat LPPM menjatuhkan pilihan peneliti terbaik pada dirinya.
“Penilaian dari LPPM memang berdasarkan jumlah publikasi jurnal dan penelitian yang didanai. Sebab, jumlah publikasi ilmiah memperlihatkan ketekunan dan kosistensi peneliti pada bidang yang ditekuni,†ujar dosen yang tujuh penelitiannya didanai oleh Dikti dan pihak luar seperti Hitachi scholarship Foundation.
Saat ini, Arief mulai merintis sebuah riset unggulannya di bidang bioteknologi. Riset tersebut berkaitan dengan energi terbarukan, bioethanol. Ia menggunakan Xilan, yang tak lain adalah komponen dinding sel tumbuhan sebagai produk bioethanol. Judul penelitiannya adalah Pengadaan Bioetanol Dari Xilan Melalui Degradasi Oleh Enzim Xilanase dan Fermentasi Produk Xilosanya.
Kepada ITS Online, Arief sedikit berbagi tips bagaimana menjadi peneliti sukses. Menurutnya, kunci keberhasilan dari seorang peneliti tak lain adalah konsistensi. Ia menambahkan bila semua penelitian yang telah dilakukan selama ini selalu terkait satu sama lain dan tidak ada yang diperoleh dalam waktu singkat.
“Tidak ada penelitian yang menghasilkan sesuatu yang memuaskan dalam waktu singkat. Seperti untuk publikasi seminar butuh 6 sampai 12 bulan. Sedangkan publikasi jurnal butuh kurang lebih dua tahun,â€ungkap Arief yang mengaku bersyukur mendapatkan apresiasi dari ITS karena dapat memacu semua peneliti untuk terus berkarya. (m3/yud)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,