Setelah sepakat dalam Memorandum of Understanding (MoU) setahun yang lalu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengadakan tindak lanjut kerjasama dengan Nanyang Technology University (NTU) Singapore menuju Memorandum of Agreement (MoA).
Jalinan kerjasama ini tak hanya berbatas dengan NTU. Sebanyak lima lembaga lain juga turut serta dalam kerjasama guna mempersiapkan dini dari ancaman gempa. Lembaga tersebut adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tokyo Institute of Technology (TIT), dan Canada Rajant Corporation.
Banyak bahasan dalam menyikapi gempa yang dijelaskan secara detail oleh para pembicara dari keenam lembaga tersebut. Di antaranya, Potensi Kegempaan di Jawa Timur oleh Drs Suhardjono Dipl SEIS, Tektonik dan Patahan Aktif di Wilayah Jawa Timur dan Surabaya oleh Danny Hilman Natawidjaja PhD, Metode Mikrozonasi Gempa oleh Dr Ir I Wayan Sengara, Seismic Hazard Map Surabaya oleh Prof Kusnowidjaja Megawati dan ICT for Emergency Response oleh Michael Lee Bauer.
Tak ketinggalan, Prof Hiroaki Yamanaka dari TIT juga turut menyumbangkan pemikirannya tentang microtremor observation. Sebelumnya, Yamanaka bahkan sudah melakukan microtremor observation di wilayah Surabaya selama dua minggu. “Hasil dari microtremor akan diperlihatkan dalam seminar ini," ungkapnya.
Belajar dari gempa Padang
Bencana gempa yang melanda Padang cukup mengusik masyarakat. Bahkan, adanya dua patahan yang ditemukan di Jawa Timur menyebabkan euforia tersendiri bagi masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, Dr Techn Pujo Aji ST memberikan ulasan tentang gempa Padang.
“Kualitas bangunan yang buruk seringkali menjadi penyebab awal terjadinya gempa. Di padang, banyak bangunan yang upper structure. Sehingga kami memberikan konsep bangunan tahan gempa," tegas dosen Teknik Sipil tersebut.
Adapun konsep bangunan tahan gempa yang diberikan adalah kolom yang dibentuk harus menggunakan konsep strong column weak beam dan harus dipisah dengan dinding, beton yang digunakan harus memiliki tebal lebih dari 40 mm, perlunya tulangan pengikat silang pada kolom, dan gunakan genteng ringan.
“Bila aturan ini diabaikan, risikonya jelas, gempa akan sering melanda," lanjutnya. Menurut Aji, belajar dari gempa merupakan hal yang lebih baik daripada memperbaiki struktur setelah gempa. "Jadi, siapkan diri kita dengan pengetahuan ini untuk mengantisipasi gempa di Surabaya," pesan Aji. (m3/fay)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung