Forum yang bertajuk Learning Disaster and Motivation, A Sharing Session from GO ITS Team ini memang mengangkat tentang bencana yang terjadi di Indonesia. Hal ini supaya mahasiswa ITS membuka mata lebar-lebar kalau bencana selalu setia mengintai kita.
“Sebenarnya, gempa bumi itu tidak memakan korban.Yang membunuh itu adalah reruntuhan bangunannya,†ujar Muhammad Zia M, salah satu anggota Tim GO ITS.
Mawapres I ITS 2009 ini menambahkan kalau yang membunuh itu bukan gempanya, maka kita tidak perlu takut tinggal di tempat yang rawan gempa. “Yang lebih penting adalah memperbaiki desain bangunannya, supaya tahan gempa,†imbuhnya.
Zia menceritakan, Jepang kini sedang membangun dua level bangunan. Pertama, bangunan yang tidak mudah roboh ketika gempa melanda, dan kedua, bangunan yang kemungkinan bisa roboh tetapi masih bisa diantisipasi waktunya untuk menyelamatkan diri. Selain itu, melalui edukasi bencana (education of disaster), Jepang memberikan pelajaran pada anak usia dini agar mengetahui apa yang harus mereka lakukan ketika bencana terjadi.
"Berbeda dengan kita yang kurang peduli bahkan merasa biasa-biasa saja ketika bencana melanda negeri. Contohnya saja, ketika tsunami meluluh lantakkan Aceh, kita hanya tersadar dan bersedih atau merenung saja beberapa waktu, namun ketika bencana terulang kembali malah merasa sudah biasa dalam memandang bencana itu," sesal Zia.
Oleh Zia, dijelaskan juga mengenai konsep Wanamina. Yaitu, sebuah tatanan wilayah yang daerahnya dekat dengan lepas pantai yang rawan terhadap gempa dan di sana dibangun mangrove sebagai media yang bisa mereduksi gelombang. Sedangkan di Indonesia, masih sedikit orang yang peduli dengan mangrove.
Ramah dan tepat waktu
Selain membahas segala hal tentang bencana khususnya gempa, tim GO ITS juga banyak berbagi pengalaman tentang perjalanan mereka selama dua pekan di Jepang. Perbedaan budaya menjadi hambatan terbesar bagi tim GO ITS.
"Kalau di sini kita terbiasa dengan makanan yang spicy, di sana makanannya hambar semua. Bahkan kita juga sempat membawa saus dan rendang dari sini. Tapi segala sesuatunya sangat menyenangkan dan tak terlupakan," ungkap Myrna, anggota tim GO ITS lainnya.
"Orang Jepang sangat ramah, mereka selalu menyapa ketika bertemu walaupun hanya sebatas Ohayou Gozaimasu (selamat pagi, Red) atau Konichiwa (selamat siang, Red)," kata Myrna. Ia juga menambahkan bahwa di Jepang segala sesuatunya serba teratur, semua agenda berlangsung tepat waktu.
Dalam seminar kali ini terlihat antusiasme peserta sangat besar. Beberapa peserta yang terlambat terpaksa berdiri, bahkan ada yang tidak dapat mengikuti seminar karena ruangan sudah penuh. Acara yang dijadwalkan berakhir pada pukul 12.00 pun molor hingga pukul 13.00 karena banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan. (niv/m4/m9/mtb)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung