Dr. Wahyudi, seorang dosen Jurusan Teknik Kelautan FTK juga angkat bicara dalam forum tersebut. Forum yang bertajuk Learning Disaster and Motivation, a Sharing Session from GO ITS Team ini memang mengangkat tentang bencana yang terjadi di Indonesia. Hal ini supaya mahasiswa ITS melek dan membuka mata lebar-lebar kalau bencana selalu setia mengintai kita.
“Bencana alam itu memang tidak bisa dikurangi, namun kita bisa menghindarinya. Setidaknya meminimalkan jumlah korban bencana lah.†Ujar Wahyudi dalam seminar motivation Student Exchange, Rabu (9/12)
Wahyudi melanjutkan, untuk menyikapi keadan tersebut, kuncinya adalah belajar dari alam. “Sayangnya, Indonesia kurang belajar dari alam. Coba lihat di Jepang, mereka benar-benar belajar dari alam sehingga mampu meminimalkan korban bencana.†Ungkapnya
Jenis-jenis bencana yang terjadi Indonesia sangatlah beragam. Mulai dari pergeseran lempeng, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk tiap bencana juga harus disikapi dengan sikap yang berbeda. Misalnya untuk penanganan gempa dan banjir, kita bisa belajar dari Jepang. Seperti yang diungkapkan tim GO ITS yang sempat belajar beberapa minggu di Jepang, Agustus 2009.
“Sebenarnya, gempa bumi itu tidak memakan korban. Yang membunuh itu adalah reruntuhan bangunannya.†Ujar Muhammad Ziah M. Mawapres I 2009 ini menambahkan, kalau yang membunuh itu bukan gempanya maka kita tidak perlu kabur dari tempat rawan gempa. “yang sangat penting adalah memperbaiki desain bangunannya, supaya tahan gempa,†imbuhnya.
Asmaul Husna, selaku mawapres III juga turut angkat berbicara. “Kalau di Jepang, standar banjirnya jauh dari Indonesia. Becek aja sudah dianggap banjir†ujarnya. Una melanjutkan pengalamannya, orang Jepang terkaget-kaget ketika mengetahui banjir di Indonesia sering mencapai atap rumah. “korban puluhan aja sudah dianggap serius di Jepang, sehingga mereka shok melihat korban ribuan di Indonesia.†Tandasnya.
Karena latar belakang tersebut, Aktivis Riset dan Teknologi BEM ITS ini mengajak semua elemen untuk sigap menghadapi bencana, khususnya mahasiswa. Banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa untuk berkontribusi terhadap bencana. Misalnya membangun pusat penelitian bencana, membuat alat inovatifnya, membawa isu bencana menjadi topic utama diskusi, dan sering-sering mengadakan pelatihan atau seminar tentang bencana.
“Namun itu semua sangatlah mahal untuk dilaksanakan seorang mahasiswa,†ujarnya. Namun, Una memberi alternative pandangan tentang kontribusi mahasiswa yang efektif, efisien, dan tanpa biaya mahal.
Una melanjutkan, cara-cara tersebut diantaranya adalah dengan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), join menjadi partner penelitian dosen, pembuatan Tugas Akhir (TA) yang sesuai dengan penanggulangan bencana, membuat tulisan ilmiah yang disebarkan melalui dunia nyata dan dunia maya, serta mengikuti program pertukaran pelajar.
Una dan sebelas teman lainnya merasa sangat beruntung karena diberi kesempatan mengikuti program Student Exchange ke Kobe University, Jepang. “Disana kami bisa belajar banyak tentang ilmu mengatasi bencana, gempa misalnya,†ungkapnya girang. Sepulang dari Kobe, mereka serasa mendapat beban moral untuk mengaplikasikannya ke Indonesia. Lewat seminar ini, diharapkan mampu membakar semangat mahasiswa untuk berusaha tanggap bencana. (niv)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung