Bloktol, itulah nama yang diberikan K.D. Bayu Dwi Laksana, Muh. Faris Alifandi, dan Imaduddin Ibrahim bagi karya mereka. “Bloktol itu singkatan dari con block dan botol,†K.D. Bayu menjelaskan. Ketiga mahasiswa angkatan 2006 yang tergabung dalam grup bernama Bale Bengong ini memang menggunakan bahan-bahan tersebut bagi rancangan mereka. Bangunan Bloktol terdiri dari sebuah rumah utama, warung, dan tempat kos mahasiswa.
"Ide Bloktol ini berasal dari pengalaman pribadi. Tempat kos saya agak jauh dari warung-warung makan. Jadi saya mendapat ide untuk menggabungkan tempat kos dengan warung agar mahasiswa yang kos tidak perlu susah-susah mencari makan," jelas Faris.
Pada bangunan Bloktol, celah-celah antara con block diisi dengan botol soft drink bekas. "Kami memilih botol bekas, selain karena estetika, juga sebagai eksperimen dengan ruang yang berlebih," kata Imaduddin. Yang paling penting, lanjutnya, adalah botol-botol digunakan sebagai penangkap cahaya. Sisa-sisa celah antara con block dan botol berfungsi sebagai saluran ventilasi. "Di sisi timur setiap ruang juga kami tambahkan jendela hidup untuk menangkap cahaya tidak langsung," tambah K.D. Bayu. Keseluruhan rancangan ini memungkinkan pencahayaan dan sirkulasi udara yang optimal tanpa memerlukan biaya yang tinggi.
Keunggulan Bloktol yang lain adalah sistem penyaluran panas dalam rumah. Atap rumah sengaja dibuat curam, untuk memperbesar volume ruang isolasi panas dari luar. Selanjutnya, "gevel-gevel atap diberi lubang, sehingga panas yang tertangkap tidak sampai masuk ke rumah," terang K.D. Bayu lagi.
Lomba Desain Rumah Tinggal ini dibuka sejak awal pameran Architecture Expo ’09. Dari lima kelompok mahasiswa ITS yang mendaftar, hanya dua kelompok yang lolos nominasi. Mereka melakukan presentasi karya mereka ada hari Minggu (6/12) sebagai penilaian terakhir lomba itu. K.D. Bayu mengaku grogi saat melakukan presentasi. Tetapi mereka mengalami pengalaman yang mengesankan, "Salah satu jurinya ganti melakukan presentasi,". "Juri itu ternyata mengerti betul teori dari rancangan kami, sehingga dialah yang lebih banyak berbicara tentangnya." lanjutnya.
"Ini pertama kalinya kami menang lomba," papar Faris. Sebelumnya mereka gemar mengikuti lomba-lomba lain, seperti lomba Eko Kampus yang diselenggarakan sendiri oleh ITS dan lomba Rumah Recycle yang diadakan oleh UK Petra. Faris sendiri memiliki pengalaman mengikuti lomba-lomba grafis, namun belum pernah menang. Ketika dijumpai dua hari setelah kemenangan mereka, senyum puas tak pernah lepas dari wajah mereka.
Selain tertarik dengan konsep hemat energi, ketiga orang ini sama-sama menyukai arsitektur yang berbau vernakular, etnik dan kultural. "Saya bosan dengan yang moderen, kalau bukan saya yang membuat karya yang berbau etnik, siapa lagi?" lanjut Imaduddin.
Tim ini berpesan pada seluruh mahasiswa ITS, "Jangan pernah menyerah, kalau ikut lomba dan tidak menang, coba-coba lagi," kata K.D. Bayu. "Yang penting harus berani!", Imaduddin dan Faris mengakhiri. (m6/bah)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung