ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
21 November 2009, 10:11

Pujian Mendiknas Berbuah Kemenangan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ditemui di Asrama Mahasiswa PENS-ITS, Sabtu (21/11), Dimas Adi Hardono dan Ali Murtadlo mengatakan bahwa sejak awal mereka tidak memasang target tinggi dalam keikutsertaannya. “Yang kami ikutkan adalah karya Tugas Akhir saya ketika lulus D3 Elektronika PENS,” tutur Dimas yang saat ini melanjutkan studi lintas jalur D4 Elektronika PENS.

Dimas menambahkan bahwa karyanya pernah diikutkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), namun ditolak. “Tidak lolos karena aturan penulisannya tidak memenuhi formatnya,” ulasnya.

Namun ekspektasi mereka berubah ketika karya mereka yang bernama Robot Pelontar Bola Pingpong ini dinyatakan lolos dan harus dipamerkan di Balai Pemuda. Pujian khusus pun dilayangkan Mendiknas Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA untuk alat mereka. “Waktu itu hanya tim kami yang disinggahi. Beliau meminta kami demo alat tersebut di hadapan beliau langsung dan memberikan pujian tentang alat kami,” kata pria asli Surabaya ini.

Dimas menambahkan, demo di depan Mendiknas dan puluhan wartawan membuat mereka grogi. “Walaupun gugup, dari sini kami merasa sudah diunggulkan daripada peserta lainnya,” tutur mahasiswa angkatan 2006.

Dari sini pula, rasa optimis mereka mulai muncul sampai tahap penjurian. Hingga akhirnya karya mereka dinobatkan sebagai juara pertama untuk kategori Otomasi Industri. “Alhamdulillah, kami senang sekali. Walaupun pada awalnya kami maju hanya untuk menghindari denda dari panitia,” timpal Ali sambil tertawa.

Sesuai dengan namanya, karya yang mereka ciptakan adalah sebuat robot yang dapat digunakan untuk melempar bola pingpong. “Kami tujukan alat ini untuk orang-orang kelas atas atau orang sibuk yang sering sendirian ketika bermain tenis atau untuk latihan atlet,” kata Ali menjelaskan.

Robot yang pembuatannya menghabiskan dana sekitar Rp 2 juta ini mempunyai dua sistem utama, yaitu manual dan otomatis. Sistem manual menggunakan joy stick yang bisa mengatur bola ke kanan atau ke kiri, pelan atau cepat (smash). Sedangkan sistem otomatis dengan menggunakan sensor yang bisa digunakan sesuai dengan keinginan. “Misalkan kita memasukkan input sensor 100, maka robot akan melempar bola secara random dan berhenti setelah bola ke-100,” ungkap Dimas.

Karena karyanya sangat aplikatif, robot ini tidak hanya mendapatkan nilai plus dari juri saja. Tercatat banyak pengunjung yang tertarik dengan karya dua mahasiswa ini. Salah satunya dari Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang tertarik untuk membantu memperoleh sertifikat ketahanan. “Mareka tertarik dengan alat ini untuk dipasarkan. Namun harus melalui uji ketahanan alat dahulu sebelum itu,” ulasnya.

Namun karena latar belakang mereka masih mahasiswa yang berpikir penelitian bukan industri, mereka masih belum berani melakukan uji ketahanan alat. “Kami berani melakukan tahap industri komersial jika ada yang membantu pendanaan, desain dan pemasaran,” ujar Ali.

Ada juga tawaran dari Sekolah Atlet Surabaya yang terletak di daerah Wonokromo. “Mereka tertarik karena pihaknya juga memiliki alat sejenis yang didatangkan dari Jepang seharga Rp 5-6 jutaan. Namun sistemnya masih manual semua,” kata pria asal Jepara ini. Namun sekali lagi, mereka juga menginginkan uji ketahanan alat terlebih dahulu hingga bisa alat tersebut bisa benar-benar stabil dalam waktu yang lama.

Berkat kemenangannya ini mereka berdua berhak mendapatkan Piala Mediknas dan Walikota serta uang senilai Rp 5 juta. Untuk ke depannya, keduanya sedang mempersiapkan untuk sidang Tugas Akhir (TA) pada Januari tahun depan. (hoe/bah)

Berita Terkait