Seperti pada acara bertemakan Mengenal Budaya Tionghoa yang dihadirkan Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Gedung Rektorat ITS lantai 3, Senin (26/10). Acara ini menghadirkan Konsul Jenderal (Konjen) RRT di Surabaya H.E. Wang Huan Gen sebagai pembicara.
Meski bertemakan pengenalan budaya Tionghoa, acara ini dibuka dengan atraksi tari Remo dari sanggar Raff Dance Company. Pembantu Rektor IV ITS Prof Ir Eko Budi Djatmiko MSc PhD yang mewakili Rektor ITS memberikan sambutan yang intinya pentingnya peranan Tiongkok bagi masa sekarang dan abad yang akan datang. “Peranan penting tersebut baik dari sisi budaya maupun teknologi,†ujarnya.
Ke depan, Eko berharap para lulusan ITS juga bisa mengembangkan kerja sama dengan masyarakat Tiongkok. Bahkan ITS berencana membuat program bahasa Mandarin sebagai salah satu syarat kelulusan nantinya.
Wang Huan Gen dalam sambutannya mengaku sangat bangga bisa mengenalkan budaya bangsanya. “Meskipun saya tidak bisa berbahasa Indonesia, namun saya bangga bisa diberikan kesempatan memperkenalkan budaya Tiongkok,†tuturnya dalam bahasa Mandarin.
Ia memaparkan mengenai ciri khas, semangat pokok, dan intisari kebudayaan Tionghoa. Menurutnya, masyarakat Tionghoa mempunyai ciri khas memiliki kebudayaan yang tak terputus. Yakni tetap hidup dan tak terputus sampai kapan pun.
Masyarakat Tionghoa juga mengunsurkan daya pemaduan dan penyatuan dari berbagai daerah dan bangsa. Kurang lebih sudah ada 56 bangsa, dan ini sebagai wujud dari budaya Tionghoa yang beraneka ragam. Dari situ diambil unsur budaya daerah atau bangsa lain dan dikembangkan. Salah satu contohnya budaya bangsa Eropa yang sudah masuk ke dalam budaya Tionghoa.
Di samping itu, budaya Tionghoa sendiri juga mengambil dari segi budaya pertanian, karena pertanian bagi masyarakat Tiongkok dianggap sebagai dasar kehidupan.
Acara yang bekerjasama dengan Language and Cultural Center (LCC) ITS ini di antaranya dihadiri Yayasan Sosial Budaya Surabaya Union Club serta Perhimpunan Indonesia Tionghoa Jawa Timur. Mereka juga merupakan sponsor dari acara tersebut.
Tidak kalah menariknya, ditampilkan juga tarian dan nyayian Tionghoa dari sekolah Xin Zhong San Yu Xue Xiao, pemutaran film Tionghoa, serta demo penulisan kaligrafi Tionghoa yang dikoordinasi oleh Liaw Lindratini selaku pengurus yayasan SHHS dengan penulis kaligrafi Zhen No When (66 tahun) dan Jian Hua Sheng (70 tahun).
Para peserta acara pun diajak ikut serta memberikan nama identitas masing-masing untuk dibuatkan kaligrafi sebagai kenang-kenangan. Bahkan para peserta juga menanyakan makna atau arti yang ditulis dalam kaligrafi tersebut.(chn/jie)
Kampus ITS, ITS News — Sebagai gas rumah kaca yang mendominasi atmosfer, karbon dioksida berperan besar dalam meningkatkan suhu
Kampus ITS, ITS News — Cagar budaya merupakan warisan berharga yang mencerminkan peradaban suatu daerah, tak terkecuali di Kota Surabaya. Salah
Kampus ITS, ITS News — Isu pencemaran lingkungan karena sampah plastik saat ini menjadi permasalahan yang tengah diupayakan penyelesaiannya oleh banyak
Kampus ITS, ITS News — Kehidupan manusia yang lekat dengan waktu tak lepas dari akibat peristiwa perputaran bumi pada