Seleksi RINA award ini dimulai dari tingkat jurusan, dimana masing–masing jurusan di FTK mengirimkan tiga mahasiswa terbaiknya yang sedang menempuh semester akhir. Tidak hanya IPK yang menjadi kritera, peserta seleksi juga harus mempresentasikan tugas akhirnya di depan dewan juri. Dewan juri yang ditunjuk terdiri dari 6 dosen FTK ditambah satu perwakilan masing–masing dari PT Dok Perkapalan Surabaya dan RINA sendiri. Lalu diambilah tiga mahasiswa dengan nilai tertinggi dari ketiga jurusan yang ada di FTK sebagai penerima RINA award.
Setelah melalui seleksi yang cukup ketat keluarlah nama Yogi Pramadika sebagai salah satu peraih RINA award. Ia mengaku senang dan merasa telah diberi sebuah tanggung jawab. “Hal ini merupakan tanggung jawab besar, makin memotivasi diri ini agar dapat memberikan sumbangsih bagi dunia kelautan Indonesia,“ aku Yogi yang pernah menyabet predikat mahasiswa berprestasi I jurusan Teknik Kelautan.
Global warming dan krisis energi yang sedang dialami oleh umat manusia memberi inspirasi bagi Yogi dalam menyusun tugas akhirnya yang berjudul Pendekatan Optimasi dalam Perancangan Offshore Wind Energy. Uniknya pembangkit listrik tenaga angin ini terletak di bangunan lepas pantai (offshore). “Untuk di Indonesia pembangkit listrik jenis ini hanya terdapat di onshore. Padahal jika di offshore akan menghasilkan daya listrik lebih besar,“ papar pria rasal Blitar ini.
Pemilihan angin sebagai sumber energi oleh pria yang mempunyai hobi membaca ini dikerenakan sifat angin yang renewable dan ramah lingkungan. Selain itu teknologi ini juga dapat diaplikasikan di Indonesia, “Tapi sayang biayanya masih mahal, maka itu juga perlu dilakukan optimasi,“ lanjutnya. Selama ini sumber energi utama di Indonesia hanya bertumpu pada minyak bumi. “Padahal gelombang dan angin mempunyai potensi besar untuk menjadi sumber energi alternatif,“ papar mahasiswa yang lulus dengan predikat cum laude ini.
Antara prestasi akademiknya yang cemerlang ternyata Yogi juga seorang aktivis mahasiswa. Tengok saja dari mulai kajian jurusan, himpunan mahasiswa sampai BEM ITS pun pernah dilakoninya. Dengan aktivitasnya yang padat, Yogi selalu mencoba menggunakan waktunya seefektif mungkin dan menempatkan skala prioritas. “Biasanya saya akan menjadwal aktivitas dengan rinci minimal untuk dua minggu kedepan. Perencanaan harus dengan matang jadi alokasi waktu bisa efektif. Lalu ditambah kerja keras dan doa,“ tegas mantan Menteri PSDM BEM ITS ini.
Prioritas pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Kelautan (Himatekla) ini adalah mencari kerja. “ Setelah sepuluh tahun mendapat pengalaman saya berencana menjadi dosen atau berwirausaha. Dua puluh tahun kemudian mendirikan sekolah atau rumah sakit untuk orang tidak mampu,“ cerita Yogi tentang impian-impiannya. Yogi bercerita bahwa kesuksesan yang berhasil diraihnya juga berkat dukungan dan doa dari orang-orang sekitar seperti keluarga, dosen jurusan Teknik Kelautan, dan teman sesama mahasiswa. “ Tidak ketinggalan untuk istri saya Hani yang dengan setia mendampingi hari–hari saya,“ ujar pria yang mempunyai motto just do the best and let god does the rest.(Az/bah)
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh