ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
10 September 2009, 09:09

Kelas Membatik Ala Despro ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dosen mata kuliah Desain Nusantara, Eri Naharani ST MDs, sibuk menerangkan cara memegang canting yang benar kepada para mahasiswanya. Ternyata memegang canting dan posisi kain pun punya aturan tersendiri. Sembari duduk lesehan melingkari tungku kecil untuk memanaskan lilin, para mahasiswa pun antusias mengkuti penjelasan yang disampaikan Eri.

Dosen yang mendalami batik ini mengatakan bahwa proses membatik memerlukan ketelitian dan kesabaran. Konsentrasi pun harus penuh dan tidak boleh buyar karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas batik yang dihasilkan. “Lebih dari sekedar hobi, membatik bagi saya juga merupakan sebuah terapi yang menjadikan hati lebih tenang,” ungkap Eri mengenai aktivitas kegemarannya ini.  

Itulah sekilas gambaran suasana kuliah membatik yang masuk dalam mata kuliah Desain Nusantara, serius tapi santai. Para mahasiswa diajak langsung untuk membuat batik dengan cara menggunakan canting, sebuah teknik paling dasar dalam membuat batik. Sebelumnya para mahasiswa dibebaskan untuk membuat polanya sendiri di atas selembar kain berukuran 40 x 40 centimeter. Sebagian besar mahasiswa membuat pengembangan pola dari motif Kawung dan Parang yang sederhana.

Di akhir semester, hasil karya batik-batik ini akan dipamerkan. Eri berharap nantinya para mahasiswa dapat membuat dan mengembangkan motif baru yang orisinal. Eri menyebut bahwa eksplorasi pada desain motif batik masih sangat luas dan memungkinkan berbagai pihak untuk mengembangkannya sesuai dengan nilai lokal. “Bukan tidak mungkin nanti muncul desain pola Batik Surabaya yang sangat khas,” ujar Eri.  

Mata kuliah Desain Nusantara sendiri adalah mata kuliah baru yang hadir untuk mempelajari ragam kekayaan desain di Indonesia, baik dalam bentuk benda, kriya, tekstil, hingga arsitektur. Dengan adanya mata kuliah ini diharapkan mahasiswa bisa menggali kekayaan dan kearifan budaya lokal dan menerapkannya dalam desain yang lebih modern. “Untuk mencintai budaya Indonesia, harus diawali dengan mengenal dahulu kekayaan budaya Nusantara,” ujar Eri

Kedepannya Eri dan beberapa dosen jurusan Desain Produk berencana akan membuat sebuah klub batik. Sebuah kelompok studi yang mempelajari segala sesuatu tentang batik dari desain, proses, hingga filosofinya. Klub batik ini pun terbuka bagi seluruh mahasiswa ITS yang berminat untuk mendalami seni batik. “Hanya dengan cara ini kita bisa melestarikan budaya Indonesia, salah satunya adalah menularkan pengetahuan ke generasi yang lebih muda,” ujar Eri bersemangat.(ap/bah)

Berita Terkait