Odoko menyambut baik kerja sama ini karena Jepang dan Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menghadapi bencana. Pada awal sambutannya, ia banyak menerangkan tentang Kobe sebagai sebuah kota besar di Jepang yang pernah mengalami bencana dahsyat di tahun 1995. Peristiwa itu dikenal dengan The Great Hanshin Earthquake. Gempa sebesar 7,3 skala richter ini mampu menghancurkan kota Kobe.
Selain itu, sekitar lima ribu orang meninggal dan ratusan ribu lainnya mengungsi. Ia juga menunjukkan beberapa gambar setelah gempa tersebut, salah satunya adalah gambar dimana jalan layang terbesar di ibu kota perfektur hyogo tersebut terbalik. Gempa yang disertai kebakaran karena arus pendek ini dinilai sebagai bencana terburuk dalam sejarah bencana Jepang.
Ia mengaku sangat tertarik dengan fenomena Lumpur Sidoarjo. Menurutnya, bencana itu salah satu bencana yang dashyat sampai bisa menyebabkan kehilangan harta benda dan kerugian non material lainnya. “Itu sebuah kejadian yang sangat jarang terjadi,†ungkapnya.
Odoko pun meminta Tim Go-ITS untuk memberikan gambaran tentang Lumpur Sidoarjo serta dampaknya kepada civitas di Kobe University. Ia bahkan berjanji akan memberikan support kepada para peneliti Jepang yang ingin melihat langsung dan mengungkap fenomena ini.
Odoko juga cukup tertarik dengan bencana tsunami yang pernah menimpa Asia-Pasifik pada tahun 2004 lalu. Menurutnya, Jepang sebagai salah satu negara yang sering terkena tsunami, ingin berbagi pengalaman penanganan bencana. Salah satu wujudnya dalam bentuk pelatihan yang diberikan para sukarelawan Jepang di negara-negara rawan tsunami.
Seusai sambutan, Tim Go-ITS disuguhkan film tentang cara Jepang menanggulangi bencana di negara tersebut. Film berdurasi 30 menit mampu membuat delegasi ITS berdecak kagum. “Orang Jepang itu hebat-hebat ya! Mereka belajar dari bencana itu,†tutur Zia Mahriyar, salah satu anggota tim Go-ITS yang juga Mahasiswa Berprestasi ITS.
Film itu menjelaskan bagaimana Jepang mampu bersahabat dengan kondisi alam yang sebenarnya tidak menguntungkan. Bahkan dari bencana alam tersebut, Jepang malah berbenah diri dengan membuat peraturan-peraturan untuk mencegah jatuhnya korban akibat bencana seperti peraturan standar konstruksi bangunan dan jembatan atau peraturan tentang early warning system yang terintegrasi.
Dalam pertemuan ini, Tim Go-ITS didampingi oleh Prof Dr Eko Budi Djatmiko (Pembantu Rektor IV), Dr Ketut Budi Artana (Ketua International Office ITS), serta dua dosen yang ahli dalam penanggulangan bencana yaitu Wahyudi PhD dan Lahar Baliwangi PhD. Eko mengatakan bahwa ITS sangat berterimakasih atas sambutan ramah yang diberikan oleh Konjen Jepang. “Pertemuan ini sekaligus mempererat hubungan internasional Indonesia dalam hal ini ITS dengan pemerintah Jepang,†ujar Guru Besar Teknik Kelautan ITS ini.(bah)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung