Tiap harinya peternakan di Surabaya menghasilkan limbah cangkang telur yang biasanya langsung dibuang. Padahal, cangkang telur mengandung protein, karbohidrat, dan mineral seperti kalsium. Pemanfaatan cangkang telur sendiri sampai saat ini masih terbatas pada pupuk.

Karena itulah, Johan dan Fitri berinisiatif mengolah limbah cangkang telur. Berangkat dari keinginan itu, mereka pun browsing di internet untuk mencari ide. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengolah limbah cangkang telur menjadi pakan ternak. Hal ini mengingat kandungan nutrisi yang ada pada cangkang telur.

Proses pengolahannya sendiri dibuat mirip dengan cara membuat pupuk dari cangkang telur, yakni dijemur, ditumbuk, dan disaring untuk dijadikan tepung. “Selanjutnya tepung tersebut dicampur dengan dedak dengan perbandingan tertentu,” ungkap Johan.

Mereka juga melakukan perhitungan sebagai tindak lanjut dari ide mereka. Hasilnya, cangkang telur yang merupakan sampah dari perusahaan roti di Surabaya dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak.

Betapa tidak, menurut perhitungan, cangkang telur dari 36 perusahaan roti dapat memenuhi kebutuhan seratus peternakan. Padahal di Surabaya terdapat 86 perusahaan roti. Selain lebih ekonomis karena yang digunakan adalah sampah perusahaan roti, ide mereka otomatis dapat lebih dari mencukupi kebutuhan peternakan.

Uniknya, mereka benar-benar tidak mempraktekkan ide mereka. Maklum, PKM-GT hanya sebatas ide. Tapi mereka bermaksud untuk melanjutkan PKM mereka di tahun depan sebagai PKM bidang Penelitian (PKMP). Mereka juga berharap agar masyarakat dapat merasa terbantu oleh karya mereka. “Jadi, tidak berhenti pada gagasan, namun benar-benar mampu diterapkan di masyarakat,” tutur Fitri.

Sementara itu, mereka tidak menyangka akan keluar sebagai pemenang. Pasalnya, mereka mengaku mendapat saingan yang tangguh. Namun, menurut mereka faktor kemenangan yang diraih karena konsep ini kreatif dan dapat diaplikasikan. “Idenya cukup sederhana, tapi benar-benar bisa dipraktekkan,” imbuh Fitri.(nrf/bah)