ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
15 April 2009, 15:04

Terapkan ICT Untuk Komunitas ASEAN

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

ASEAN Spririt merupakan sebuah program dari pengurus ASEAN Pusat yang ditujukan untuk memperkenalkan ASEAN serta program-programnya kepada kawula muda guna. Sehingga rangkaian acaranya pun dikemas sangat anak muda sekali. "Mulai dari awal sampai akhir jauh sekali dari kesan formalitas, bahkan pas seremoni pembukaannya kita semua menggunakan kaos," ungkap Didit, sapaan akrab Radityo.

Perwakilan pemuda dari Indonesia sendiri hanya dua orang, selain Didit ada dosen lain dari Universitas Padjajaran Bandung. Pemerintah sendiri diwakili oleh Depkominfo dan Detiknas. "Sebetulnya yang diundang hanya perwakilan pemuda, Depkominfo dan satu private sector yang dari Indonesia diwakili oleh Detiknas," ujar dosen jurusan Sistem Informasi tersebut.

Selama empat hari di negeri Gajah Putih, serangkaian acara telah dipersiapkan untuk mengenal dan diskusi antar peserta dari sepuluh negara Asia tenggara tersebut. "Hari pertama hanya diisi dengan perkenalan anggota dari masing-masing negara saat dinner," lanjut dosen yang akrab dengan mahasiswanya ini.

Hari berikutnya semua peserta ditempatkan dalam sebuah forum untuk mempresentasikan kondisi ICT dari tiap negara. Perwakilan Indonesia memaparkan tentang kendala ketidakmerataan jaringan serta masih minimnya konten jaringan. "Ini menjadi kendala serius karena wilayah negara kita yang paling luas," tambah alumnus SI angkatan 2002. Didit juga menambahkan bahwa dari semua negara peserta rata-rata kondisi ICT yang ada hampir sama dengan Indonesia, hanya Singapura paling menonjol prasarananya.

Sesuai dengan tujuan awalnya, maka di hari ketiga para peserta diajak untuk berdiskusi tentang bagaimana memperkenalkan ASEAN pada anak muda. "Hampir semuanya sepakat bahwa pada intinya anak muda tidak suka formalitas apalagi tekanan," ulas pria kelahiran Mataram tersebut. Website ASEAN Spirit sendiri menggunakan blog, agar lebih gaul.

Sebagai tuan rumah, Thailand tak lupa mempromosikan negaranya kepada para peserta. Selama acara, para peserta diajak untuk menyaksikan teater yang berisi tentang sejarah, asal usul dan peradaban di negara Thailand. "Satu hal yang mengagetkan saya dan rombongan dari Indonesia, ada seombongan orang dalam teater yang mementaskan alat musik angklung, padahal itu jelas-jelas dari Indonesia," ujar Didit heran. Walaupun begitu, Didit tidak protes kepada panitia karena tidak ada ungkapan langsung dimana orang Thailand mengakui angklung sebagai budayanya.

Para peserta juga diajak mengunjungi sebuah pusat riset semacam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Indonesia, namanya NecTec. Gambaran bagaimana teknologi di negara Thailand dikembangkan dijelaskan secara gamblang. "Ada riset menarik di sana yaitu tentang penggunaan Global Position System (GPS) untuk mengurangi kemacetan, yang kalau di Indonesia semacam program dari Radio Suara Surabaya," ujar pria penghobi kuliner ini. Selain itu juga ada riset teknologi kendaraan Tuk Tuk (sejenis Bajaj), human laguange serta masih banyak lagi.

Kesan Didit selama berada di Thailand cukup mendalam, "Secara keseluruhan Indonesia dan Thailand itu hampir sama saja, yang membuat saya terkesan adalah pengelolaan daerah wisata yang sangat bagus serta transportasi umum yang bersih dan murah serta hampir menjangkau semua tempat wisata," ungkap Didit.

Kedepannya, setiap negara melalui ASEAN Spirit dapat mempersiapkan generasi mudanya dalam mengahadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. "Dari sini akan terbentuk komunitas ASEAN untuk mengimbangi koalisi CinDia (China dan India, red.)," tambah Didit. Namun, Didit menekankan sebelum terbentuknya komunitas ASEAN para pemuda dari tiap negara harus dipupuk dulu rasa nasionalismenya. "Jangan sampai begitu komunitas ASEAN dibentuk, para pemudanya malah kehilangan identitas," ujar Didit mencoba mengkritisi.

Sementara itu, agar komunitas ASEAN bisa segera terbentuk, hal yang memungkinkan dilakukan di ITS adalah dengan mengadakan pegenalan budaya dalam skala regional. Misalkan dengan mengadakan sebuah kegiatan atau even tentang pertukaran budaya antar daerah dari seluruh darerah di Indonesia. "Semuanya harus dikemas sesuai dengan selera anak muda, " pungkas Didit (hoe/ap)

Berita Terkait