Program pembinaan desa pesisir sendiri adalah kerjasama pertama antara ITS dan Bakorkamla dimana sebagai penanggung jawab pelaksana ditunjuk Fakultas Teknologi Kelautan (FTK). "Tentunya kehidupan masyarakat pesisir tidak bisa lepas dengan laut, oleh sebab itu banyak aplikasi tepat guna dari FTK yang dibutuhkan," papar Prof Djauhar Manfaat, Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK). Namun dalam kesehariannya sendiri, masyarakat pesisir juga membutuhkan berbagai inovasi dari berbagai bidang ilmu, Djauhar menambahkan.
Djauhar menerangkan, untuk pemberangkatan tim pertama ke BaBel ini kita juga melibatkan teman-teman dari jurusan Arsitektur dan Teknik Lingkungan. "Pemberangkatan tim kita sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pesisir di tempat tujuan," ujar Djauhar. Lanjutnya, masih terdapat 50 desa pesisir yang tersebar di beberapa propinsi lagi, dan tentunya Djauhar berharap kelima fakultas di ITS dapat berpratisipasi untuk pemberangkatan Tim Bindesir selanjutnya.
Tim Bindesir BaBel terdiri dari 6 kelompok yang masing-masing memberikan penyuluhan dan pelatihan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bidang materi tersebut antara lain teknologi penangkapan/penyimpanan ikan, pelatihan perawatan motor tempel, pencemaran laut, teknologi pembuatan kapal laut, tata pemukiman, serta sistem air bersih. "Kesemua penyuluhan dan pelatihan tersebut diberikan oleh dosen dan mahasiswa ITS sendiri, tentunya ini akan menjadi pengalaman berharga terutama untuk mahasiswa," ungkap Djauhar yang juga dosen di Teknik Perkapalan ini.
Tujuan dari Bindesir sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan, pengetahuan dan keterampilan melalui berbagi bidang kegiatan yang bersifat konstruktif maupun pembinaan SDM sesuai skala prioritas. "Lalu yang tidak kalah penting adalah kemampuan mereka (masyarakat pesisir,red) untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif berbasis pada sumber daya kelautan," terang Djauhar yang juga penggemar musik ini.
Tidak kalah penting misi dibalik bindesir sendiri adalah menciptakan rasa nasionalisme dan ketahanan nasional yang kuat dengan pondasi pembinaan ini. "Oleh sebab itu sasaran bindesir kita utamakan untuk desa-desa yang berada di pulau-pulau terluar dan berbatasan langsung dengan negara tetangga kita," tandas Djauhar. Sedangkan persiapkan dari Tim Bindesir sendiri tidak main-main, jauh-jauh hari mereka telah menyiapkan materi dan perlengkapannya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Teguh Santoso, mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ini membuat materi pelatihan mengenai motor tempel dan minyak pelumas. "Sumber materi-materi saya dapatkan dari senior-senior di jurusan dan tentunya dari dosen pendamping saya Ir Indrajaya Gerianto MSc," terang pengurus Lab Mesin Kapal ini. Lanjutnya, Materi yang disusun pun seputaran bagaimana perlakuan masyarakat pesisir terhadap perawatan motor tempel serta memberikan pengetahuan pentingnya mengganti dan melakukan pemilihan yang tepat terhadap minyak pelumas.
Lain halnya dengan Suhar Chandra yang menyiapkan beberapa topik mengenai teknologi pembuatan kapal kayu. "Kebanyakan masyarakat di pesisir pantai Indonesia membuat kapal kayu dengan kemampuan dan skill yang diberikan turun menurun," terang mahasiswa Teknik Perkapalan ini. Tanpa menghilangkan rasa kedaerahan dari pembuatan kapal kayu, kita bisa mensisipi unsur teknologi terpadu yang bisa meningkatkan kemampuan kapal nelayan pesisir.(fn)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung