Menurut Ir Elly Agustiani M.Eng, juri sekaligus Sekretaris Kompetisi Bisnis Plan, kelemahan proposal bisnis plan yang diterimanya adalah kurangnya unsur knowledge dan teknologi.

"Selain itu pengalaman yang relatif kurang. Artinya mereka belum pernah terlibat di dalam bisnis itu, jadi masih dalam angan-angan," tambah Prof Ir I Nyoman Pujawan PhD.

Untuk lolos dari kompetisi ini dan memperoleh pinjaman lunak, bisnis plan yang diajukan harus memenuhi lima kriteria, yaitu Analisis Produk, Analisis Pasar, Analisis Produksi, Personalia, dan Analisis Keuangan.

Acuan yang digunakan untuk menganalisis produk adalah apakah deskripsi produk yang diberikan jelas dan apakah produk mempunyai keunggulan yang menonjol. Pada analisis pasar, acuan yang digunakan adalah potensi pasar, kejelasan segmen pasar, dan proyeksi penjualan yang realistis. Mengenai bagaimana produk akan dibuat serta penjelasan teknologi yang akan digunakan menjadi acuan pada analisis produksi.

Untuk kriteria Personalia, dewan juri mengacu pada kompetensi personalia dan kejelasan pembagian tanggung jawab. Sedangkan pada kriteria analisis keuangan, kelengkapan analisis keuangan dan kelayakan finansial menjadi acuannya.

Setelah diseleksi berdasarkan kelima kriteria tersebut, proposal yang lolos akan dievaluasi dan mendapat pendampingan dari Unit Inkubator Pusat Bisnis dan Teknologi (PBTI). Tak hanya itu saja, proposal yang berhak mendapat pinjaman lunak juga akan memperoleh diklat mengenai bisnisnya oleh Ir Lantip Trisunarno MT.

Sayangnya tidak semua proposal bisa diloloskan oleh dewan juri, sebab anggaran yang diajukan keseluruhan proposal mencapai dua milyar rupiah, sedangkan dana yang tersedia hanya 700 juta rupiah. Karena itulah dewan juri lebih selektif dalam meloloskan suatu proposal.

"Kalau tidak memperhatikan budget, proposal yang lolos dan benar-benar bagus hanya sepertiga saja," papar Nyoman Pujawan yang juga menjabat sebagai Ketua PBTI. (taw/mtb)