ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
12 Mei 2008, 22:05

ITS Diajak Kembangkan Industri Garam di Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam MoU tersebut, disepakati untuk melakukan kerjasama di bidang pendidikan, penelitian, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan industri garam di Indonesia. Mengingat kebutuhan garam di Indonesia masih sangat tinggi, sehingga saat ini sebagian kebutuhan itu dipenuhi dengan melakukan impor garam dari luar negeri.

Menurut Slamet Untung, kebutuhan garam di Indonesia saat ini mencapai 2,4 juta ton per tahun, di mana sekitar 800-900 ribu ton merupakan kebutuhan garam konsumsi. Sedangkan sisanya merupakan kebutuhan garam industri. “Untuk kebutuhan konsumsi sudah bisa dipenuhi sendiri dari industri dalam negeri, sedangkan sisanya masih dipenuhi dari impor,” jelas pria asli Madura ini.

Impor garam terpaksa masih dilakukan pemerintah, meskipun Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang memiliki laut. Dikatakan Slamet, hal itu dikarenakan tidak semua pulau di Indonesia bisa menghasilkan garam. “Itu bisa disebabkan karena kadar garam di air laut berbeda-beda, selain juga karena iklim dan factor-faktor lainnya,” terangnya lagi.

Untuk memenuhi kapasitas produksinya sendiri, PT Garam yang berkantor pusat di Sumenep tersebut saat ini telah memiliki 5 ribu hektare ladang yang tersebar di daerah Sumenep, Pamekasan dan Sampang. “Ikon Pulau Madura sebagai Pulau Garam jangan sampai hilang nantinya karena tergerus industri dari luar,” tandas Slamet yang didampingi para jajaran direksinya.

Karena itu, dari kesepakatan kerjasama dengan ITS yang berlaku empat tahun ke depan ini diharapkan bisa membantu mengembangkan dan memajukan industri garam di Indonesia agar mampu bersaing dengan industri garam di mancanegara. Yakni dengan mengembangkan teknologi-teknologi terbaru yang kemungkinan bisa digunakan untuk industri garam.

Sebab, tantangan untuk meningkatkan kualitas industri garam di Indonesia saat ini antara lain dari sisi pengolahan air dan teknologi tepat guna. “PT Garam saat ini masih tergantung oleh tenaga manusia,” ungkap Slamet.

Prof Priyo Suprobo yang akrab disapa Probo pun menyambut gembira keinginan kerjasama yang ditawarkan oleh perusahaan BUMN ini. Sebab banyak potensi yang bisa dikerjasamakan di antara kedua instansi ini. “Selama ini ITS belum pernah melakukan kerjasama dengan PT Garam, dan ini kesempatan yang bagus untuk memulai kerjasama yang baik nantinya,” ujar Probo yang juga didampingi para Pembantu Rektor dan Dekan di ITS. (humas/th@)

Berita Terkait