ITS News

Minggu, 28 April 2024
05 Mei 2008, 10:05

Sodik, Patahkan Mitos Teknik Perkapalan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mohamad Sodik lah yang berhasil merubah anggapan negatif itu dengan meraih IPK 3,38 dalam waktu tiga setengah tahun. Walaupun tidak mencapai cumlaude, masa studinya itu memberikan pencerahan di jurusan Teknik Perkapalan. Padahal alasannya memilih jurusan Perkapalan pada awalnya hanya ingin menghindari pelajaran menghafal dan menganggap perkapalan ITS yang terbaik di Indonesia. Ia mempunyai tekad yang besar untuk membuat perubahan di jurusannya. “Awalnya studi molor itu karena kebiasaan lalu menjadi budaya dan akhirnya malah berubah jadi tradisi di lingkungan itu,” Ujar pria yang pernah menjadi Koordinator Praktikum Gambar Teknik dan Metode Numerik ini.

Motivasinya berawal ketika masa-masa pengaderan dulu. Ketika itu seniornya bertanya kepadanya, “Kamu mau lulus berapa tahun?,”. Lalu ia menjawabnya dengan lugu, “Biasa aja mas, saya mau lulus empat tahun,”. Seniornya serentak menertawai dan segera menggurui bahwa masa studi empat tahun di Teknik Perkapalan adalah suatu hal yang nyaris mustahil. Bukannya ciut nyali, Sodik malah berusaha membuktikan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin jika kita mau berusaha.

Pria yang juga pernah menjadi staff PSDM Himatekpal ini mengambil judul Perancangan Kapal Selam Murni, dengan Performance Hidrodinamika yang Baik untuk Memonitor Pencemaraan Limbah dan Polusi di pesisir pantai sebagai tugas akhirnya. Ketika ditanya alasan memilih judul itu, Ia mengaku terinspirasi dari kasus Teluk Buyat. Ketika itu pro dan kontra menyelimuti kasus tersebut, ada sebagian yang menuduh industri di pesisir pantai lah yang harusnya bertanggung jawab. “Jadi kalau kita punya kapal mini, bisa memonitor secara kontinyu perusahaan yang terindikasi melakukan pencemaran,”ujar mantan Koordinator Steering Comitte (SC) Orientasi Mahasiswa Baru Anak Kapal (OMBAK 2006) ini.

Ia mengungkapakan tidak ada trik khusus yang menunjang cara belajarnya. “Sebenarnya saya sama malesnya seperti mahasiswa lainnya,” ujarnya. Namun hal yang berbeda adalah ketika di awal semester, ia segera menanyakan karakteristik dosen tersebut kepada seniornya. “Cari tahu tentang cara mengajar, tugas dan ujiannya seperti apa dan yang diutamakan dari dosen itu, pokoknya saya berusaha untuk memenuhi semua permintaan dosen,” tegasnya.

Ia sangat bersyukur, tanpa adanya dukungan dari orang tua, para dosen serta teman-teman yang setia menyemangatinya terus. “Kalau nggak ada teman, mungkin saya udah stress,” tegas pria peraih beasiswa BMU ini.

Ketika ditanya rencananya ke depan, ia mengatakan ingin bekerja di Jakarta dan melanjutkan studinya. “Tapi tidak mengambil bidang perkapalan, saya ingin manajemen,” . Ia juga bercita-cita membangun perusahaan perkapalan yang nantinya akan membuka lapangan kerja baru.Di akhir wawancara, ia berpesan pada teman-temannya yang lain bahwa Teknik Perkapalan ITS bukan hanya menjadi cerminan ITS tapi juga tolak ukur se-Indonesia. Namun menurutnya, mahasiswa perkapalan masih minim, dalam hal prestasi dan karya. (bah/ap)

Berita Terkait