Lomba pengamatan burung liar ini diikuti tak kurangnya 19 tim dari berbagai universitas di Indonesia, seperti Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada dan Universitas Udayana. Hari ini (Jumat, red) peserta mengikuti pembukaan oleh Prof Dr Suasmoro, Pembantu Rektor III ITS dan dilanjutkan dengan technical meeting di ITS sebelum berlomba di Ujung Pangkah.

Berbagai kriteria dan syarat lomba  telah ditetapkan oleh pihak panitia. Adapun kriteria yang digunakan dalam tahap penilaian diantaranya, peserta dituntut mengumpulkan dan memetakan nama species burung sebanyak mungkin selama kurang lebih tiga jam di lokasi pengamatan Ujung Pangkah, Gresik. Peserta juga harus mencatat ciri morfologis dari species burung tersebut. Tak hanya itu saja, peserta harus tetap ramah pada lingkungan yang menjadi tempat pengamatan.

”Peserta dilarang mengamati burung tersebut dengan jarak yang terlalu dekat karena dapat mengganggu kenyamanan burung tersebut atau bahkan melempari burung  dengan batu misalnya. Hal ini tidak diperbolehkan karena dapat menyakiti burung,” jelas Hubertus Buntoro Ajie, mahasiswa Biologi angkatan 2005 sekaligus ketua panitia dari perlombaan ini.

Setelah pengarahan technical meeting dari panitia usai, peserta tidak menyia-nyiakan waktu untuk melakukan pemanasan dengan mengamati spesies burung yang ada di ITS. Untuk diketahui ITS sebagai wilayah konservasi tanaman telah dimulai sejak tahun 80-an. Selain tanaman, ITS juga telah memberlakukan wilayah kampus sebagai tempat  konservasi burung.

Sebut saja tim KPB Nycticorax dari Universitas Negeri Jakarta yang segera mencari titik pengamatan di sekitar ITS. ”Kami tidak akan membuang waktu, kami sudah datang dari jauh-jauh dari Jakarta. Jadi kami akan mengoptimalkan kesempatan ini dan harus menang,” Sephy Noer Fahmi mahasiswa biologi dari Universitas Negeri Jakarta, yang juga tergabung dalam anggota tim  KPB Nycticorax-UNJ.(st/asa)