Banyak cara untuk menyampaikan pelajaran tentang bahaya dari suatu bencana kepada masyarakat. Setelah menggelar acara Simposium Nasional tentang mitigasi bencana, kali ini Himage ITS mencoba dengan cara populer yang saat ini banyak disukai masyarakat, fotografi. Diawali dengan lomba foto kemudian disambung dengan pameran foto dan diakhiri dengan acara seminar fotografi.

Sedikitnya 46 karya foto yang berasal dari 26 peserta lomba fotografi ini menyampaikan berbagai bentuk ekspresi para korban bencana alam. Mulai dari bencana Lumpur Lapindo hingga bencana banjir yang beberapa waktu terakhir malanda kota-kota di Jawa Timur. Kebanyakan diantaranya menampilkan objek human interest, tetapi ada juga diantaranya yang menampilkan objek still life.

Menurut ketua panitia Geomatics Photography, Ukik Prana, semuanya ini bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat terhadap bahaya suatu bencana. Setelah masyarakat benar-benar menyadari bahayanya, diharapakan mampu melakukan berbagai pencegahan dari hal yang terkecil.

”Di sini kita dapat melihat akibat terburuk yang terjadi apabila masyarakat tidak melakukan pencegahan mulai dari hal sepele. Misalnya, untuk mencegah terjadinya banjir kita bisa dengan membiasakan membuang sampah pada tempatnya, dan tidak menebang pohon sembarangan,” tutur Ukik yang saat ini duduk di semester 6.

Setelah dilakukan penjurian oleh redaktur foto Harian Jawa Pos Yuyung Abdi dan pewarta foto Harian Jawa Pos, akhirnya foto karya Mahasiswa Jurusan Komunikasi Unair terpilih menjadi juaranya. Foto berjudul Menyelamatkan Keluargaku yang diambil di daerah Bojonegoro ini memiliki nilai berita (news value) yang tinggi.

”Foto ini mampu mengungkap sisi kemanusiaan dan ekspresi objeknya. Sehingga suasana bencana dapat terungkap dengan kuat,” kata Yuyung. Acara yang dilaksanakan selama empat hari ini berhasil menarik banyak pengunjung. (han/ap)