Kerja sama yang ditawarkan pemerintah Perancis tersebut meliputi tawaran studi lanjut bagi staff ITS dan tawaran kerja sama untuk penelitian. Tak disebutkan secara eksplisit dengan pihak institusi Perancis yang mana ITS akan menjalin kerja sama. Tapi yang jelas pihak atase kedubes sendiri telah berinisiatif untuk menjalin kerja dan mereka optimis bahwa kerja sama tersebut dapat direalisasikan.
Dubois, saat berbincang-bincang dengan PR IV, menegaskan bahwa posisi pemerintah Perancis dalam hal ini adalah sebagai match-maker saja. Bila ITS menyambut baik tawaran ini, maka pemerintah akan menghubungkan ITS dengan universitas yang ada di sana. "Kita di sini hanya sebagai match-maker dengan institut yang ada di Perancis. Jadi, bila ITS bersedia maka akan segera kami tindak lanjuti," tegas Dubois.
Tentang bidang keilmuwan yang menjadi fokus kerja sama ini, Dubois mengungkapkan bahwa Perancis lebih tertarik di bidang maritim. Hal ini tak lepas dari peran ITS yang cukup mendominasi dalam hal ilmu kelautan. "Ini pula yang menjadi salah satu pertimbangan mengapa kita menawarkan program kerja sama ini," ujar Dubois.
Meski begitu, lanjut Dubois, tak menutup kemungkinan bila Perancis juga akan membuka kerja sama di bidang yang lain. Tapi untuk tahap awal Dubois menganjurkan kerja sama cukup difokuskan pada maritim saja. "Selain maritim kami juga mumpuni di bidang nanoteknologi dan bioengineering. Tak mengapa bila nanti ITS menginginkannya," tegasnya.
Ir Eko Budi Djatmiko MSc PhD sendiri selaku wakil dari ITS menyambut baik tawaran kerja sama pemerintah Perancis ini. Apalagi menurut Eko akhir-akhir ini staff ITS yang belajar ke Perancis memang tengah mengalami penurunan. "Tidak sebanyak yang dulu lagi," tukas Eko.
Sebenarnya dari dulu, lanjut Eko, ITS telah memiliki hubungan kerja sama dengan insitusi-institusi Perancis. Namun, seiring dengan makin berkurangnya staff yang belajar di sana, hubungan itu pun menurun. "Kami tentu gembira dengan penawaran ini. Setidaknya ada harapan untuk mempererat kembali kerja sama yang ada," tegas Eko.
Lebih lanjut Eko menegaskan bahwa khusus untuk tawaran studi lanjut ke Perancis ini merupakan kesempatan yang cukup menggiurkan. Selain mendapat pelatihan intensif bahasa Perancis gratis, pihak Perancis juga menjanjikan sistem pembelajaran yang baru, bukan konvensional. "Artinya, selama belajar kita tak harus ada di sana dan juga waktu tempuhnya tak harus empat tahun atau tiga tahun. Lebih fleksibel lah pokoknya," ungkap EKo.
Tak hanya itu, imbuh Eko, proyek akhir dari studi tersebut nantinya akan diorientasikan menjadi sebuah penelitian. "Jadi proyek tersebut akan diteruskan untuk dijadikan riset. Dan itu bisa dikembangkan di negeri mahasiswa yang bersangkutan," tuturnya.
Adanya tawaran kerja sama dari Perancis ini merupakan sebuah keuntungan bagi ITS, meski tak dipungkiri Perancis sendiri menginginkan adanya sebuah timbal balik . "Di antaranya sebagai wahana internasionalisasi ITS dan pengakuan kesetaraan. Untuk Perancis sendiri sosialisasi dari semua peran mereka, itu sudah merupakan timbal balik yang cukup," pungkas Eko.(f@y/jie)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berkontribusi kepada masyarakat melalui upaya pengoptimalan produksi pakan
Kampus ITS, ITS News — PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) memperkuat kolaborasinya dengan dunia riset pendidikan melalui bantuan pendanaan sebesar
Kampus ITS, ITS News — Kolaborasi antara akademisi dan industri menjadi landasan penting dalam mendorong kemajuan pembangunan bangsa. Menjadi
Kampus ITS, ITS News — Merayakan hari jadi ke-25 tahun, Departemen Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember